Akhir
pekan lalu, kebetulan masih tanggal muda, seperti biasa, saya mengajak
Istri dan si kecil Muhammad Rafif (3 tahun), jalan-jalan “berburu”
kuliner di Bandar Lampung. Kali ini
coba menikmati kembali Sop Kaki sapi Betawi Bang Rusman, yang berlokasi
disalah satu sudut kota tua Teluk Betung, Bandar Lampung. Sop Kaki
sapi Betawi Bang Rusman, memang tempat Favorit kami untuk makan siang
di akhir pekan. Selain Sopnya lumayan enak, harganya juga terjangkau
(kalau pas tanggal muda..he..he)
Kurang dari setengah jam, satu mangkuk
sop kaki sapi dan satu piring nasi plus (Nambah nasi
maksudnya..he..he), sudah “rampung” pindah posisi ke dalam perut. Si
kecil rafif yang dipesankan sate ayam, tampak sibuk belajar menggigit
sate dengan mulut blepotan. Sedangkan Mamahnya asyik dengan satu
mangkuk Sop daging sapi pedas. Setelah membayar dengan satu lembar lima
puluh ribuan, 45 menit berselang, kami beranjak dari rumah makan
tersebut.
Lalu dengan “menunggang” Motor Bebek
(tidak boleh sebutkan nama pabrikannya, takut dianggap iklan…he..he),
kami menyusuri sudut-sudut Kota Tua Teluk Betung. Bagi saya, sebagai
pendatang dari Pulau Jawa, Kota Teluk Betung memiliki keunikan
tersendiri.
Mengamati bangunan-bangunan di Teluk
Betung, seolah membawa saya melihat Kota Bogor di era 80-an, khususnya
daerah “Pecinan” di Jalan Surya Kencana Bogor. Kebetulan, saya berasal
dari Bogor, baru dua tahun menetap di Bandar Lampung dan bermukim di
daerah Way Halim.
Teluk Betung adalah kota pesisir pantai,
dan Kota tertua di Bandar Lampung. Kota perdagangan utama di Bandar
Lampung ini pernah hancur ketika Gunung Krakatau meletus tahun 1883.
Saya pernah bertugas di Aceh pasca tsunami, membayangkan kondisi Teluk
Betung yang lokasinya pas dibibir pantai pasca bencana Gunung Krakatau.
Saya pernah menyaksikan kota Calang yang
hancur 90%. Sejauh mata memandang di Kota Calang yang merupakan Ibu
Kota Kabupaten Aceh Jaya itu, rata dengan tanah. Mungkin waktu itu,
Teluk betung seperti Kota Calang, walau belum padat seperti sekarang,
pasti rata dengan tanah.
Teluk Betung Kota Tua Yang Pluralis
Bisa dikatakan Teluk Betung adalah kota
yang sangat plural. Hal ini bisa terlihat banyaknya rumah ibadah dari
berbagai agama yang jaraknya berdekatan. Ada Mesjid, Gereja dan Vihara.
Tidak jauh dari tempat kami makan siang tadi, tampak sebuah Gereja
dengan arsitektur Eropa sedang dipenuhi jemaat yang beribadah, Gereja
Bethel namanya . Tampak mobil-mobil jemaat berjejer memadati badan
jalan sampai dua lajur.
Kemudian ada juga rumah ibadah yang
menjadi ikon Kota Teluk Betung, yaitu Vihara Thay Hin Bio. Rumah Ibadah
ummat Konghucu ini memiliki arsitektur yang sangat indah sekali.
Dindingnya bercat merah dan ada hiasan ornamen naga di pintu gerbang
dan pilar-pilarnya. Melihat Vihara Thai Hin Bio dan lingkungan
sekitarnya, seolah-olah kita sedang berada di negeri Tiongkok. Memang,
Teluk Betung merupakan Chinatown atau Pecinan-nya Bandar Lampung.
Saya penasaran dengan keberadaan Pecinan di Teluk Betung. Sejak kapan,
dan abad ke berapa keberadaan etnis Tionghoa di wilayah Teluk Betung
ini mulai menetap. Namun yang pasti warga Tionghoa sangat berjasa
membangun kota ini, sehingga bergeliat menjadi bandar perdagangan yang
maju pesat.
Pecinan Teluk Betung, tak beda jauh
dengan wilayah-wilayah Pecinan lainnya. Ditiap hunian warga Cina di
wilayah ini, selalu kita temui ornamen-ornamen khas Tionghoa yang di
dominasi dengan warna merah menyala seperti di Vihara tadi.
Menikmati Pecinan Teluk Betung di Hari
Minggu memang mengasyikan, jalanannya sepi, sehingga saya bisa membawa
motor dengan santai sambil menikmati pemandangan jejeran gedung-gedung
tua berlantai dua yang berfungsi sebagai toko. Sebagian besar pemilik
toko di daerah Teluk Betung adalah keturunan dari Tionghoa. Beberapa
dari mereka menjual produk atau oleh-oleh khas Propinsi Lampung. Salah
satu toko penjual oleh-oleh khas Lampung adalah Toko Yen-Yen.
Toko Manisan Yen- Yen, bagi masyarakat
Lampung sudah tidak asing lagi. Toko ini menyediakan aneka jajanan khas
Lampung, misalnya keripik pisang, kerupuk kemplang, manisan buah,
kopi, lempok dan Kopi Luwak. Lokasinya berada di Jalan Ikan Kakap No.
86 Teluk Betung. Sebenarnya masih banyak toko-toko lainnya yang menjual
oleh-oleh khas Lampung dengann harga yang lebih murah, seperti di
sentra penjuak kripik di Jalan Gang PU, Kedaton Tanjung Karang
(Ditulisan berikutnya saya akan bahas sentra industri ini).
Sebenarnya, Kota Teluk Betung jika
dikembangkan dan ditata lebih baik lagi, berpotensi menjadi objek
wisata yang bisa menarik banyak Pelancong dari luar kota, khususnya
dari Pulau Jawa.
Pemerintah Kota Bandar Lampung bisa
belajar dari DKI Jakarta yan berhasil mengembangkan kota tua-nya
setelah melakukan revitalisasi besar-besaran. Yang menjadi unggulan
Teluk Betung adalah banyaknya situs budaya Tionghoa. Memang Pecinan
Teluk Betung tidak jauh dengan wilayah-wilayah Pecinan lainnya. Tapi
tetap memiliki ciri khas.
Jadi bagi anda yang berencana berkunjung ke Bandar Lampung, Jangan Lupa mampir di Teluk Betung.
Muhammad Ridwan
*) Citizen Reporter di www.mediawarga.info