Cibinong-Media Warga Online (14/05/2010).

Ketika program PNPM Mandiri Perkotaan mulai masuk di kelurahan Karadenan dan Sukahati, para pengrajin bambu salah satu yang mendapatkan sosialisasi tentang PNPM Mandiri Perkotaan, khususnya tentang program ekonomi bergulir yang dijalankan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Salah satu BKM yang sudah menyalurkan bantuan modal bagi para pengrajin bambu adalah BKM Mandiri Karadenan Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.

Menurut Karesina yang biasa di panggil Ekky ini, untuk tahap pertama ada sekitar 126 orang penerima manfaat, 10 orang diantaranya adalah para pengrajin bambu anggota KSM Bambu Itam yang beralamat di Kampung Pisang RT. 03/06.
”KSM Bambu Itam dengan anggota 10 orang untuk tahap pertama mendapat pinjaman untuk masing-masing anggota sebesar Rp. 500 ribu, sehingga total pinjaman KSM Bambu Itam sekitar Rp. 5 juta” Ujar pria asal Kupang ini menjelaskan lebih lanjut.
Untuk menggali lebih dalam informasi tentang KSM Bambu Itam, Media Warga Online diajak anggota UPK untuk mengunjungi sekretariat KSM Bambu Itam di Kampung Pisang Pule dan dipertemukan langsung dengan Koordinator KSM, Slamet Heriyanto.
”Alhamdulillah dana pinjaman PNPM Mandiri Perkotaan sangat bermanfaat sekali’ Ujar Slamet membuka pembicaraan. ”Kami dapat membeli bambu lebih banyak, biasanya hanya bisa membeli 50 batang bambu, sekarang berkat bantuan PNPM kami bisa membeli sekitar 100 bambu sehingga menambah jumlah produksi” ungkap pria kelahiran tahun 1970 ini. Lebih lanjut Slamet menjelaskan bahwa baru kali ini dia dan pengrajin bambu yang lain mendapat bantuan modal dari pemerintah. Selama ini mereka merasa tidak mendapatkan perhatian dari Pemerintah. ”Alhamdulillah berkat BKM, akhirnya kami dapat bantuan modal” Ujar Slamet dengan wajah sumringah.
KSM Bambu Itam dibentuk pada tanggal 21 Februari 2010 beranggotakan 10 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Jenis kegiatannya adalah membuat aneka kerajinan dari bahan dasar bambu, khususnya bambu hitam. Dari bambu hitam tersebut dapat dibuat kursi, sofa, meja makan, meja komputer, meja TV, saung (gazebo), hiasan kaligrafi dan masih banyak lagi. Slamet Heriyanto sendiri sudah menekuni usaha bambu ini sejak duduk di Kelas VI Sekolah Dasar (SD) atau kurang lebih sudah 28 tahun.
Menurut Slamet sejak usia dini memang dia sudah menekuni kerajinan bambu untuk membiayai sekolah. ”Saya dari keluarga miskin, sehingga supaya bisa lulus SD dan membiaya pendidikan ketingkat lebih lanjut saya harus mandiri” Ungkap pria lulusan SMA ini. ”Berkat bambu inilah saya bisa terus sekolah” tambahnya.
Karena pengalaman Slamet dibidang kerajinan bambu maka beliau sering dijadikan tempat belajar bagi warga yang lain untuk belajar menekuni usaha kerajinan bambu, bahkan beberapa bulan yang lalu ada sekitar 10 orang Mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi diluar Jawa selama 7 hari secara khsusus belajar tatacara pembuatan meja kursi dari bambu.
”Saya senang sekali bisa mengajari para calon sarjana tersebut” Ungkap Slamet dengan bangganya.
Tidak heran kalau diwilayahnya Slamet sangat dihormati dan dituakan oleh warga sekitarnya karena pengalamannya dibidang kerajinan bambu.
Dalam perjalanan waktu, usaha Slamet semakin berkembang bahkan saat ini Slamet sudah mampu membuka lapangan pekerjaan bagi 7 orang. ”Saat ini pesanan semakin meningkat, saya sudah tidak sanggup lagi mengerjakan sendirian, maka saya harus mempekerjakan warga sekitar untuk meningkatkan produksi, bahkan banyak order (pesanan) saya berikan ke anggota KSM yang lain” Ujar Bapak tiga putra dan satu putri ini.

Lebih lanjut Slamet menjelaskan, berkat tambahan modal dari PNPM, dia dan anggota KSM yang lain dapat meningkatkan produksi dan pendapatan, pada awalnya Slamet hanya bisa memproduksi 5 set kursi dalam satu minggu, sekarang sudah mampu memproduksi 10 set kursi perminggu dengan sistem borongan. Sehingga dalam sebulan bisa memproduksi 40 set Kursi. Satu set kursi bisa dijual dengan harga 150 ribu sampai dengan 170 ribu rupiah sampai ditempat atau ”Pangkalan” istilah pengrajin. Kemudian harga jual ditempat bila konsumen datang langsung ke workshop berkisar 100 ribu rupiah sampai dengan 120 ribu rupiah. Dengan produksi 40 set kursi perbulan, keuntungan yang diperoleh setiap bulan rata-rata 1 – 2 juta rupiah. Untuk pemasaran pada awalnya dengan sistem keliling dengan cara dipikul. Slamet menceritakan, dia bisa berjalan kaki sampai puluhan kilometer. Kadang sudah berjalan jauh, tapi tidak satupun ada yang laku sehingga dagangannya harus dititipkan disuatu tempat karena tidak sanggup lagi membawa pulang. Sekarang Slamet tidak harus keliling lagi, karena sudah ada penampungan khusus di daerah Tangerang, Bekasi bahkan sampai diluar Jawa yaitu Pulau Bangka. Permasalahan yang dihadapi Slamet saat ini adalah pengadaan bahan baku yaitu Bambu Hitam, karena di Karadenan dan Sukahati sudah sangat sulit menemukan hutan bambu jenis bambu hitam. Slamet terpaksa mencari bambu hitam keluar daerah Karadenan seperti ke wilayah Sukabumi dan Cianjur.

Oleh : Muhamad Ridwan (Senior Fasilitator Kelurahan Tim 14 PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Bogor)
0 komentar