Slider

Kolom Muhammad Ridwan

PNPM Mandiri

Media Sosial

Review Film

Berita

Kuliner

» » » Strategi "Lompat Kodok" Jokowi Vs. Jenderal MacArthur


Perang Dunia II memberi kita banyak pelajaran berharga, salah satunya adalah Leapfrog Strategy atau Strategi Lompat Kodok yang diperkenalkan oleh Jenderal Douglas MacArthur yang kala itu bertugas mengawal pangkalan Amerika di Pasifik.

Jenderal Douglas MacArthur menggunakan strategi "Lompat Kodok" untuk kuasai wilayah-wilayah yang dikuasai Jepang, dan sampai di daratan Jepang. Dengan Strateginya tersebut, Amerika Serikat memenangkan Perang Asia Pasific .

Dengan Leapfrog Strategy, MacArthur kuasai dulu pulau kecil seperti karang, langkah selanjutnya adalah menguasai kepulauan berukuran sedang seperti Kepulauan Solomon dan New Guinea, baru kemudian melangkah lebih jauh merengkuh Filipina dan sampai ke wilayah kepulauan Jepang. Semua berjalan secara terstruktur, dan langkah demi langkah, sabar dan konsisten. Itulah kunci kemenangan pasukan MacArthur di Pasifik atas Jepang.

Apakah Strategi itu bisa digunakan dalam dunia politik? Iya, tentu saja bisa. Beberapa tokoh pendiri bangsa Indonesia menapak jalan menuju kekuasaan dimulai dari bawah, karirnya terstruktur, terseok-seok, berdarah-darah, namun perlahan tapi pasti bisa merengkuh kekuasaan politik yang diinginkannya. Contohnya Soekarno.

Strategi Lompat Kodok Jokowi

Sekarang, Apa relevansinya antara "Strategi Lompat Kodok" dengan Jokowi? Iya, kalau kita lihat "lompatan" karir politiknya yang fenomenal, seolah-olah ia (Jokowi-red) menggunakan strategi ini.

Awalnya Jokowi hanya seorang pungusaha meubel yang kemudian terjun ke dunia politik. Karir politik Jokowi dimulai
melalui Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), kemudian menjadi Walikota Solo, lalu dalam waktu singkat menjadi Gubernur DKI Jakarta, dan sekarang Jokowi menapak jalan menuju kursi RI-1. Sebuah "lompatan" politik yang luar biasa.

Tapi, dalam dunia politik, karir melesat cepat dalam waktu singkat, apalagi belum menyelesaikan tugas secara tuntas atau amanah rakyat, tidaklah elok. Itu melangggar "etika politik" yang memang tidak tersirat secara tertulis.

Pasti tulisan ini banyak yang mencibir, dan mengatakan, so what gitu loh, itu hak asasi Jokowi dan Partainya. Benar, itu hak kita semuanya juga.

Namun ada pelajaran yang bisa kita ambil dari "Strategi Lompat Kodok" Jenderal MacArthur yakni bila waktunya tiba, kita akan menjadi besar, asal langkah kita terstruktur, sabar, dan konsisten, mau mengikuti langkah demi langkah, tidak melangkahi begitu saja. Suatu saat kita akan mengalami lompatan seperti kodok bila memang sudah tiba waktunya, termasuk dalam merengkuh kekuasaan dalam bidang politik.

Pemimpin negara atau negarawan harus dilahirkan secara alamiah. Mengutip bahasa wong ndeso, pemimpin itu tidak boleh "dikarbit".

Jadi, gunakanlan hati nurani anda dalam memilih pemimpin nasional Indonesia pada 9 Juli 2014 mendatang.

Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?