Slider

Kolom Muhammad Ridwan

PNPM Mandiri

Media Sosial

Review Film

Berita

Kuliner

» » Relawan PNPM sebagai Penggerak Masyarakat

Arah pembangunan daerah urban perlu penyeimbangan antara pembangunan yang serba materialistik, indoktrinasi dan top down dengan suatu orientasi pembangunan yang lebih membuka kesadaran rakyat, mata hati rakyat dan partisipasi rakyat. Dengan demikian proses pembangunan bisa lebih memanusiakan rakyat dan berpihak pada keadilan sosial. Inilah paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat (People Centered Development).

Sebagai langkah konkret paradigma pembangunan tersebut, pemerintah mencanangkan sebuah program nasional yang dinamakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Khusus untuk daerah urban program tersebut dinamakan PNPM Mandiri Perkotaan (PNPM-MP).




Partisipasi masyarakat adalah kunci sukses pelaksanaan PNPM-MP. Sebagai motor penggerak untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat, PNPM-MP membuka peluang kepada masyarakat untuk menjadi anggota relawan warga. Setiap wilayah Desa/Kelurahan yang telah melaksanakan Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) dan menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan proses siklus PNPM selanjutnya, dengan kesadaran sendiri menyiapkan relawan warga yang jumlahnya tidak dibatasi.

Untuk membekali relawan agar mampu menjadi fasilitator dan motor penggerak masyarakat, PNPM-MP memberikan pelatihan motivasional dan coaching singkat yang difasilitasi oleh Fasilitator Kelurahan. Pelatihan motivasional dilaksanakan pada awal kegiatan siklus sedangkan coaching penguatan kapasitas relawan dilaksanakan sepanjang rangkaian siklus dilaksanakan.

Relawan warga yang dilatih pada setiap Desa/Kel minimal 25 orang, tapi relawan yang terdaftar bisa mencapai 100 orang per Desa/Kelurahan. Pelatihan motivasional relawan ini semacam Citizenship Education (pendidikan kewargaan).

Menurut Prof. Dr. Paulus Wirutomo (Guru Besar program sosiologi FISIP-UI), minimal ada 4 (empat) materi dasar pelatihan yang harus diberikan kepada motivator masyarakat kaitannya dengan pendidikan kewargaan, yaitu :
1. Pembangunan karakter dan kebersamaan tim (character and team building)
2. Pembangunan visi dan misi (vision and mission building)
3.Pemahaman kebutuhan dan pemetaan sosial budaya secara partisipatif (participatory socio-cultural mapping and needs assesment)
4. Pendekatan strategis dan praktis pengembangan masyarakat (strategic and practical social assistance).

Empat materi dasar dalam pelatihan motivasional PNPM dijabarkan dalam beberapa tema dan topik materi, antara lain:
1. Tema tantangan penanggulangan kemiskinan (dengan topik paradigma pembangunan dan anatomi kemiskinan)
2. Tema PNPM dan penanggulangan kemiskinan (dengan topik konsep PNPM, strategi intervensi PNPM-MP, PNPM-MP sebagai pembelajaran kritis)
3. Tema kepemimpinan, pemberdayaan dan kerelawanan(dengan topik kepemimpinan masyarakat manusia, pemberdayaan sejati dan menjadi relawan warga)
4. Tema Pengorganisasian (dengan topik pengorganisasian masyarakat dan organisasi masyarakat warga)
5. Tema pembangunan partisipatif (dengan topik konsep partisipatif dan daur pembangunan partisipatif)
6. Dan tema metode fasilitasi (dengan topik metode pembelajaran masyarakat dan tehnik fasilitasi)


Pendekatan yang digunakan PNPM - MP adalah pendekatan participatory socio-cultural mapping and needs assesment yang sering juga disebut sebagai participatory rural appraissal (PRA). PRA adalah suatu pendekatan ilmu sosial yang sangat popular pada dekade ini, karena pendekatan ini dinilai bisa memberdayakan komunitas, mengembangkan kapasitasnya untuk menolong diri sendiri dan masyarakat, merangsang solidaritas serta aksi kolektif. Pendekatan ini memberi kesempatan kepada anggota masyarakat setempat untuk mengekpresikan dirinya dan menganalisis realitas dan kondisi disekitarnya, menentukan prioritas kebutuhan dan akhirnya bisa melakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan mengevaluasi hasilnya.

Pendekatan ini mampu menggugah pengertian dan sikap pemerintah daerah. Disamping bisa merangsang diskusi antar warga, berbagi informasi dan memecahkan masalah bersama-sama, mendorong warga untuk berkumpul dan bertatap muka. Dengan demikian bisa mengukuhkan kembali hubungan sosial yang telah pudar terutama di perkotaan.
(oleh : Muhamad Ridwan, diolah dari berbagai sumber)


Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?