Andrea
Hirata merasa kecewa dengan tulisan Damar Juniarto, seorang Blogger di
Kompasiana dan rencananya akan melakukan gugatan hukum kepadanya.
Andrea Hirata menganggap, apa yang ditulis oleh Damar Juniarto sangat
melemahkan upaya kerasnya untuk mengangkat harkat dan martabat Indonesia
melalui dunia buku, dan tudingannya bisa menjadi preseden buruk bagi
penulis Indonesia lainnya yang akan menerbitkan bukunya di luar
negeri.
Setelah jadi headlines di Kompasiana, tulisan Damar
Juniarto dengan judul “Pengakuan Internasional Laskar Pelangi: Antara Klaim
Andrea Hirata dan Faktanya” yang diposting pada tanggal 13 Februari 2013
pukul 23:53, menjadi trending articles dengan 48492 hits dan 169
komentar pada saat tulisan ini diposting.
Dalam tulisannya, Damar mengkritisi sejumlah klaim
Andrea Hirata terkait penerbitan novel 'Laskar Pelangi' di luar negeri. Dalam lead-nya,
Damar menuliskan "Label International Best Seller yang dasar
penetapannya tidak jelas ini ternyata dipergunakan Andrea Hirata untuk
mengolok-olok sejarah sastra Indonesia selama kurun kurang dari seratus
tahun".
Kemudian dalam alinea utamanya, Damar menyatakan Andrea Hirata telah melakukan klaim atas pernyataannya, bahwa hampir seratus tahun tidak ada buku anak bangsa mendunia dan menjadi International Best Seller. Menurut Damar, faktanya tidak benar demikian, pengakuan internasional untuk karya sastra dari Indonesia pernah ada. Contohnya
Pramoedya Ananta Toer, NH Dini dan YB Mangunwijaya, pernah masuk
dalam radar penilaian penulis hebat yang layak meraih Nobel Sastra.
Selanjutnya,
tulisan Damar yang lebih menohok Andrea Hirata adalah soal penerbit
Sarah Crichton Books dan FSG, New York. Damar menuliskan, Andrea
Hirata telah melakukan klaim bahwa karyanya telah di cetak ulang oleh
Farrar, Straus and Giroux (FSG). FSG adalah penerbit yang biasa
mencetak karya-karya sastrawan dunia, khususnya penerima Nobel Sastra.
Namun kenyataannya, Buku Laskar Pelangi versi internasional tersebut
hanya dicetak oleh Sarah Crichton Books, imprint dari FSG, yang
menerbitkan beragam karya sastra fiksi dan non-fiksi yang menekankan
pada sisi komersil, bukan karya sastra se-level peraih Nobel/Pulitzer.
Wajar
jika Andrea Hirata menjadi berang dan kecewa, karena ini menyangkut
kredibilitasnya. Mengutip detik.com, Rabu (20/02/2013), menurut Andrea, seorang
penulis harus mempertahankan integritas karyanya. Oleh Karena itu,
banyak saran yang masuk pada penulis asal Belitung Timur itu agar
menggugat Damar terkait tulisannya tersebut.
Namun, statemen
Andrea Hirata tersebut memunculkan pro dan kontra di Media Sosial
termasuk di Kompasiana sendiri. Sebagian pihak membela Damar, karena
tidak selayaknya Andrea Hirata menggugat seorang Blogger atau Penulis
yang ingin mendudukkan persoalan yang sebenarnya terkait pernyataan Andrea,
yang mengatakan tidak ada buku karya anak bangsa mendunia dalam kurun
waktu seratus tahun. Namun bagi para penggemar karya Andrea Hirata,
tulisan tersebut dianggap "mempermalukan" Andrea Hirata di ranah publik.
Jujur,
saya salah satu penggemar novel-novel Andrea Hirata, termasuk
tetralogi Laskar Pelangi. Dari kacamata awam, mencerna karya sastra
Andrea Hirata sangat "membius" alam pikiran saya, penuh inspiratif,
khususnya Buku Laskar Pelangi. Dengan judul yang sama, akhirnya Laskar
Pelangi diangkat ke layar lebar. Dua sineas muda, Mira Lesmana dan Riri Riza adalah orang yang berhasil mewujudkannya. Saya berikan penilaian bintang empat untuk film tersebut. Film favorit saya setelah Habibie-Ainun.
Pendapat
saya, kontroversi tulisan Damar Juniarto tidak usah diperpanjang.
Beliau hanya menganalisa dari sudut pandang yang berbeda tentang tafsir Internasional Best Seller dan Branding yang dilakukan oleh Andrea Hirata, terlepas siapa sebenarnya yang menjadi penerbit buku Laskar Pelangi di dunia Internasional.
Bagi
saya, siapa-pun penerbitnya, harus diakui Andrea Hirata adalah sedikit
dari Penulis Indonesia yang sudah dapat pengakuan Internasional. Tidak
mudah untuk mencapainya. Andrea Hirata, dengan susah payah membangun Image sebagai penulis Best Seller.
Dan faktanya memang demikian. Sehingga tetap mengganggap, Andrea
Hirata, adalah penulis favorit saya. Bahkan, saya punya mimpi ingin
seperti Andrea Hirata, seorang penulis hebat yang mampu memberi
inspisari terhadap jutaan rakyat Indonesia agar punya mimpi kuat, untuk
jadi apa saja.
Kemudian, statemen Andrea Hirata tentang klaim "seratus tahun tidak ada buku anak bangsa mendunia dan menjadi International Best Seller",
hanya ungkapan spontan, karena kegembiraannya atas capaian yang telah
diraih buku Laskar Pelangi di dunia International. Saya tidak
mempersoalkan siapa penerbitnya. Toh, karya sastra hebat tidak harus
lahir dari penebit tertentu. Bisa saja penerbit lokal melahirkan karya
sastra yang bisa meraih Pulitzer atau Nobel. Itu harus jadi mimpi kuat
setiap penerbit dan penulis di Indonesia.
Sayang,
kalau hanya terkait siapa penerbit karya sastranya, seorang penulis
hebat seperti Andrea Hirata jadi objek cibiran oleh banyak pihak.
Karena, secara tidak langsung telah "membunuh" mimpi Andrea Hirata untuk
meraih Nobel atau Pulitzer.
Saya
percaya, apa yang telah dicapai Andrea Hirata saat ini karena "Vision"
yang sangat kuat, sehingga semua cita-citanya bisa terwujud. Seperti
kalimat Andrea Hirata dalam buku Sang Pemimpi, "Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu”.
Teruslah berkarya Andrea Hirata!
Muhammad Ridwan
My Blogs :
www.mediawarga.blogspot.com
www.tulisanaridwan.blogspot.com
0 komentar