Slider

Kolom Muhammad Ridwan

PNPM Mandiri

Media Sosial

Review Film

Berita

Kuliner

Program Keluarga Harapan di Kabupaten Bogor

Cibinong, Media Warga Online (07/10/10). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2008 ada peningkatan pendapatan penduduk Indonesia, dari sebesar 1.946 dollar AS (2007) menjadi 2.271 dollar AS per kapita (2008). Secara keseluruhan produk domestik bruto (PDB) 2008 adalah sebesar 514 miliar dollar AS sehingga Bank Dunia menempatkan Indonesia di urutan ke-19 dalam perekonomian dunia. Ini berarti sebuah peningkatan 325 dollar AS per kepala dalam hitungan satu tahun.

Walaupun setiap tahun pendapatan perkapita penduduk Indonesia selalu naik, akan tetapi kerentanan kemiskinan di Indonesia masih sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia, masih berpendapatan antara 1 dolar AS dan  2 dolar AS atau setara dengan 1,5 dolar AS per hari.

Untuk mengantispasi tingginya kerentanan kemiskinan di Indonesia, Pemerintah meluncurkan program Conditional Cash Transfer (CCT). CCT adalah program bantuan tunai kepada keluarga miskin dengan prasyarat anak mereka bersekolah dan balita serta ibu hamil harus mengikuti sejumlah protokol kesehatan yang telah ditetapkan. CCT di Indonesia dikenal dengan Program Keluarga Harapan (PKH). Tujuan dari PKH adalah tumbuhnya generasi penerus yang unggul, meskipun dari keluarga yang tidak mampu.

Melalui PKH, Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) mendapat bantuan dana antara Rp. 600 ribu hingga Rp. 2,2 juta per tahun. Setiap RTSM mendapat alokasi dana berbeda-beda sesuai dengan kriteria masing-masing. Kriteria yang ditetapkan yakni ibu hamil/nifas, memiliki bayi hingga berusia 6 tahun dan anak usia sekolah hingga 18 tahun. Bantuan yang diberikan terdiri dari bantuan tetap sebesar Rp. 200.000, bantuan bagi keluarga yang memiliki anak SD/MI sebesar Rp. 400.000, serta bantuan bagi keluarga yang memiliki anak SMP/MTs sebesar Rp. 800.000.


Salah satu Kabupaten penerima PKH adalah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Untuk Kabupaten Bogor jumlah alokasi dana PKH tahun 2009 yang sudah dikucurkan berjumlah Rp. 7.166.783.000. Jumlah ini merupakan pencairan tahap I yang diberikan kepada 15.300 RTSM yang tercatat sebagai penerima PKH, 400 diantaranya ibu hamil. Selain itu bantuan dana PKH juga membiayai 11.075 pelajar SD/MI atau sederajat dan 5.389 pelajar SMP/MTs atau sederajat.

Salah satu kendala pelaksanaan PKH di Kabupaten Bogor adalah data RTSM yang belum lengkap, ada sebagian RTSM yang seharusnya dapat bantuan dari PKH, tapi luput terdata. Contoh kasus terjadi di Kecamatan Cibinong sebagai salah satu wilayah yang mendapat PKH di Kabupaten Bogor  Di Kecamatan Cibinong, masih banyak RTSM yang belum mendapatkan bantuan dana PKH. Hal tersebut disebabkan data yang dipakai adalah data lama yang belum diperbaharui.

Kendala tersebut diakui oleh Nurhayati Rahmah, Fasilitator PKH Kecamatan Cibinong yang ditemui oleh Media Warga Online kemarin (06/10/10). Menurut Nurhayati setiap Kelurahan di Kecamatan Cibinong, RTSM penerima PKH jumlahnya berbeda tergantung banyaknya RTSM yang memenuhi kriteria berdasarkan data BPS. "Permasalahanya kami (Fasilitator PKH-Red) tidak mendata langsung, karena data RTSM bersumber dari BPS langsung, kami hanya mendata ulang atau cross check saja'' Ungkap Nurhayati.

Menurut Nurhayati dari 12 Kelurahan di Kecamatan Cibinong, Kelurahan Harapan Jaya adalah penerima bantuan PKH paling rendah, hanya sebanyak 6 RTSM. Sedangkan penerima bantuan paling besar adalah Kelurahan Nanggewer sebanyak 212 RTSM.

Berikut jumlah RTSM penerima dana PKH masing-masing Kelurahan di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor berdasarkan data Tim Fasilitator  PKH Kecamatan Cibinong :

1. Harapan Jaya : 6 RTSM
2. Pondok Rajeg : 18 RTSM
3. Sukahati : 28 RTSM
4. Karadenan : 196 RTSM
5. Pabuaran : 101 RTSM
6. Tengah :  41 RTSM
7. Ciriung : 75 RTSM
8. Cirimekar : 11 RTSM
9. Nanggewer Mekar : 75 RTSM
10. Cibinong : 90 RTSM
11. Pakan Sari : 156 RTSM dan
12. Nanggewer ; 212 RTSM

Harapannya data penerima PKH di Kabupaten dapat diperbaharui, sehingga menjadi data yang valid dan bisa lebih memacu anak-anak dari keluarga miskin di Kabupaten Bogor untuk tetap bisa sekolah. 
(Muhamad Ridwan)

Referensi tulisan :
1. Tabloid Sambung Hati 9949 Edisi 71.
2. Data Tim Fasilitator PKH Kecamatan Cibionong
3. www.kompas.com


Sumber Foto : www.google.com

Asa Baru Keluarga Pak Syair

Media Warga Online 19/06/2009.

CIBINONG - Duka mungkin masih bergelayut di keluarga Pak Syair (33 tahun), ya bulan lalu dalam seminggu dua anggota keluarganya meninggal dunia berturut-turut. Yang meninggal pertama adalah ayahanda Pak Syair yang bernama Pak Sa'ih (70 tahun), dan tujuh hari kemudian adiknya yang bernama Yani Mulyani (23 tahun).

Keduanya meninggal karena sakit yang sudah lama di derita. Sekarang Pak Syair hanya tinggal dengan 2 adiknya yang bernama Yusuf (30 tahun) dan Madsanih (26 tahun). Pak Syair sendiri masih hidup melajang. Dari 3 bersaudara tersebut, 1 orang dalam kondisi sakit parah yaitu Yusuf yang menderita penyakit TBC yang tidak berbeda jauh penyakit yang diderita oleh adik dan bapaknya yang telah meninggal.

Melihat dari kondisi rumah Pak Syair memang sangat tidak layak huni. Lantainya masih tanah dan berdinding bilik yang sudah rusak. Dapur dan kamar mandinya sanga tidak layak. Dari segi kesehatan sangat tidak baik.

Musibah dan penderitaan yang di alami keluarga Pak Syair mengetuk hati anggota BKM Mandiri Karadenan dan masyarakat sekitar untuk membantu keluarga tersebut. Bantuan pertama yang berikan adalah memberikan pengobatan kepada Yusuf yang sedang sakit, supaya tidak menjadi korban berikutnya. Kemudian bantuan kedua adalah merehab total rumah Pak Syair melalui dana BLM PNPM dan Swadaya Masyarakat.

Panitia pelaksana rehab total rumah Pak Syair dilaksanakan oleh KSM Al-Karomah RW. 13. Selain rumah Pak Syair, ada 2 rumah lain yang di rehab oleh KSM Al-Karomah. Khusus untuk rumah Pak Syair alokasi dana BLM sebesar Rp. 8.093.000,- dan swadaya Rp. 7.010.000,-.

Menurut ketua KSM Al-karomah Rahmat Hidayat, dana swadaya masyarakat untuk rumah Pak Syair diluar dugaan. Swadaya dalam bentuk dana saja hampir Rp. 9 juta, belum dalam bentuk material dan tenaga kerja. "Antusiasme warga membantu keluarga Pak Syair didorong karena keprihatinan warga terhadap kondisi keluarga tersebut" Ujar Pak Rakmat kepada Media Warga Online. "Donatur tidak hanya datang dari warga RW. 13 tapi juga dari luar kelurahan" pungkas Pak Rahmat.

"Saya ucapkan terima kasih kepada PNPM dan BKM atas segala bantuannya, Saya tidak mengira dapat bantuannya sebesar ini" ungkap Pak Syair kepada media warga Online.

Ketika Media Warga Online menyambangi rumah Pak Syair, tampak sudah 70% kemajuan pekerjaannya. Lantainya sudah dipasang keramik dan dindingnya sudah di plester. Ya, rumah Pak Syair sekarang sudah tampak seperti rumah Tipe 45....Semoga berbahagia dan sehat selalu di rumah barunya Pak Syair !! Allah SWT akan selalu menolong orang-orang yang sabar!!.

Oleh : Muhamad Ridwan ( Senior Fasilitator Tim 18 PNPM Kab. Bogor).

Rumah Sederhana Untuk Pak Inin

Media Warga Online, 19/06/2009.
CIBINONG - Hati Penulis sangat terhenyak ketika melihat rumah tinggal Pak Inin (65 tahun), tempat tinggalnya tidak tepat disebut rumah, lebih tepat sebuah gubuk....atau apalah (penulis sulit cari padanan katanya). Yang pasti tempat tinggalnya sangat tidak layak dan sangat kontras dengan rumah disekitarnya. Pak Inin tinggak sendiri di tempat tersebut. Anak-anaknya sudah menikah semua dan sudah mandiri.Pak Inin tinggal di Kampung Pisang RT. 01/07 Kelurahan Karadenan. Pekerjaan sehari-hari beliau adalah menjual daun singkong di sekitar Kelurahan Karadenan, sesekali menjadi anggota keamanan sebagai Hansip jika ada yang hajatan atau pada saat ada Pemilu di Kampungnya.

Syukur Alhamdulillah tidak lama lagi Pak Inin tidak akan lagi tinggal di "Gubuk Reotnya" karena Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mandiri Karadenan akan membangun rumah sederhana untuk Pak Inin sesuai hasil rapat acara penetapan perioritas usulan kegiatan (RAPPUK) BKM. Tempat tinggal Pak Inin bersama 4 rumah yang lain akan di rehab/dibangun dengan dana PNPM Mandiri Perkotaan.

Dari data Rencana Pengunaan Dana (RPD) BLM tahap 1, BKM Mandiri Karadenan akan melaksanakan kegiatan renovasi rumah tidak layak (rutilahu) sebanyak 5 unit dengan total anggaran Rp. 47.429.000,- dengan perincian dana dari BLM sebesar Rp. 31.106.000,- dan swadaya sebesar Rp. 16.323.000,- yang akan dilaksanakan oleh KSM Inayah 2 Unit, berlokasi di RW. 07 dan KSM Al-Karomah 3 unit, berlokasi di RW. 13.

Menurut Pak Inin, beliau sangat senang dan bersyukur kepada Allah SWT atas bantuan yang diterimanya. "Saya sangat senang sekali, terima kasih kepada BKM dan Pemerintah atas bantuannya" Ungkap Pak Inin kepada Media Warga Online beberapa waktu lalu.

Ya, walaupun rumah yang dibangun oleh KSM Inayah sangat sederhana namun jauh lebih baik dari tempat terdahulu. Saat ini pekerjaan rumahnya sudah mencapai 75%. Semoga rumah yang tidak terlalu besar itu bisa menjadi tempat bernaung Pak Inin menjalani masa senjanya.

Oleh : Muhamad Ridwan (Senior Fasilitator Tim 18 PNPM Kab. Bogor)

Desa Ku Indah Karena Paving Block

Bogor, 31 Mei 2009. Tampak wajah sumringah Pak Anwar Sadat meyambut kami Tim Fasilitator ketika monitoring lapangan. Pak Anwar Sadat adalah UPL BKM Tunas Mandiri sekaligus relawan yang sangat aktif sejak awal pelaksanaan PNPM di Desa Kedung Waringin. Pak Anwar Sadat langsung mengajak kami berkeliling wilayah RW. 04 dan RW. 14 untuk melihat jalan yang telah dipasangi paving block. "Alhamdulillah Pak hampir 50% pengerjaan, masyarakat sangat antusias bergotong royong untuk membantu KSM" Ujar Pak Anwar Sadat. "Swadaya dalam bentuk dana juga cukup tinggi, hampir 5 juta rupiah hanya untuk RW 14, itupun belum semua warga menyumbang", tambah Pak Anwar Sadat.

Menurut Pak Anwar Sadat, pemasangan paving block di jalan-jalan setapak diseluruh wilayah Kedung Waringin menjadikan lingkungan terlihat lebih rapih, Paving Block juga akan tahan lebih lama dari pada rabat beton.






Ketika kami berbincang tampak terlihat seorang pedagang keliling melintasi jalan yang sudah selesai dipasangi Paving, Pak Obon namanya. Kami minta pendapat beliau tentang manfaat pembangunan Paving tersebut. "Sangat bermanfaat bagi kami pedagang keliling pak! tidak becek lagi kalo hujan" Ujar Pak Obon. Tampak juga pelajar sudah memanfaatkan jalan tersebut menuju sekolah. Alhamdulillah jalan ini sudah bermanfaat bagi masyarakat.
(Oleh : Muhamad Ridwan, Senior Fasilitator Tim 18)

SAPTATURA (Tujuh Tuntutan Rakyat)


Kampus UI, 12 Mei 2008

Bagi Mahasiswa, Bulan Mei setiap tahunnya mempunyai arti yang sangat penting, bisa disebut sebagai bulan "keramat" bagi Bangsa Indonesia. Bulan Mei 2008, merupakan satu dasawarsa peringatan reformasi yang digulirkan mahasiswa, kemudian satu abad peringatan kebangkitan nasional serta peringatan hari pendidikan nasional.

Namun kondisi ideal bangsa dan negara yang diharapkan oleh para penggagas terbentuknya nasionalisme Indonesia melalui organisasi Budi Oetomo, dan para Mahasiswa saat ini masih jauh dari kenyataan, Bangsa Indonesia sedang mengalami kerawanan nasionalisme serta rentan kembali terjerembab masuk kedalam krisis ekonomi jilid kedua. Tentu saja Mahasiswa sebagai salah satu elemen bangsa yang selalu berada di garis terdepan yang menginginkan perubahan sejak satu abad silam, merasa resah kembali. Keresahan tersebut ditambah dengan lemparan "bola panas" dari Pemerintah yang berencana menaikkan harga BBM.

Momentum peringatan 10 tahun Tragedi Trisakti yang menjadi trigger kejatuhan Rezim Orde Baru dimanfaat pula oleh Mahasiswa untuk melakukan demonstrasi menolak kenaikan harga BBM.

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seluruh Indonesia pada hari Senin, 12 Mei 2008 mengepung Istana Merdeka, tidak terkecuali BEM Universitas Indonesia dengan ciri khas jaket kuningnya.

Mahasiswa UI berangkat dari Kampus Depok dengan beberapa buah Bus. Mahasiswa berdemonstrasi sampai esok harinya dengan menginap di Depan Istana Merdeka. Pada hari Selasa pagi , tanggal 13 Mei 2008 akhirnya para Mahasiswa menarik diri dari Istana Merdeka dan kembali ke Kampus masing-masing. Namun aksi Mahasiswa tersebut dilanjutkan di masing-masing Kampus, dengan melakukan orasi oleh para aktifis kampus.

Dalam demonstrasi dua hari tersebut, Mahasiswa menyuarakan tuntutan yang disebut dengan SAPTATURA atau Tujuh Tuntutan Rakyat, sebagai bentuk keprihatinan terhadap Bangsa. Adapun isi Saptatura terdiri dari :
  1. Menuntaskan reformasi birokrasi dan reformasi peradilan menuju terwujudnya supremasi hukum
  2. Bebaskan Indonesia dari korupsi
  3. Prioritaskan pembangunan sektor pertanian untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional
  4. Pengembangan energi terbaharukan yang berbasis kerakyatan
  5. Selamatkan Pendidikan Indonesia dari ketidakadilan
  6. Meningkatkan seluruh tanggungjawab elemen bangsa dalam pembangunan dan penerapan pola hidup berwawasan lingkungan
  7. Menuntut akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang bermutu, merata dan terjangkau.
Mahasiswa berharap pemerintah menunda kenaikan harga BBM dan mencari cara lain guna menutupi defisit APBN yang selama ini dijadikan alasan Pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan tersebut. Mahasiswa menyadari saat ini sedang terjadi krisis ekonomi global yang diakibatkan krisis kredit perumahan di Amerika Serikat dan kenaikan harga BBM yang meroket hingga mendekati harga 130 US dollar per barel, namun selayaknya Pemerintah juga melihat ekses yang diakibatkan selanjutnya, akibat kenaikan harga BBM. Mahasiswa melihat, walaupun ada penyaluran subsidi langsung terhadap masyarakat miskin melalui BLT (Bantuan Langsung Tunai), namun hal tersebut tidak bisa menyelesaikan masalah kemiskinan sampai ke akarnya. Akan tetapi menjadikan masyarakat miskin selalu tergantung kepada Pemerintah.

Kemudian pengalihan subsidi minyak ke bidang pendidikan dan kesehatan pada tahun 2005, ditenggarai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Banyak penyimpangan dalam penyaluran program BOS (Biaya Opersional Sekolah) dan Program Askeskin, begitupun dalam penyaluran BLT. Mahasiswa berharap Pemerintah belajar dengan pengalaman pada tahun 2005 tersebut.

Menurut BEM UI, kenaikan BBM merupakan kebijakan kontra produktif dengan apa yang diserukan melalui SAPTATURA. Kilas balik 10 tahun silam yang masih di ingat Penulis saat itu, selain Tragedi Trisakti yang menjadi trigger kejatuhan Rezim Orde, sumbu api gerakan mahasiswa waktu itu adalah protes kenaikan harga BBM sebelum bulan Mei 1998, yang dilakukan serempak diseluruh Indonesia. Pertanyaan sekarang, apa akan terjadi Reformasi jilid kedua, hanya karena kenaikan BBM??