Slider

Kolom Muhammad Ridwan

PNPM Mandiri

Media Sosial

Review Film

Berita

Kuliner

» » » » Rhoma Irama, Subkultur dan Capres 2014




 Sulingnya suling bambu…gendangnya kulit lembu….dangdut suara gendang rasa ingin berdendang.
Terajana… Terajana….ini lagunya, lagu India.

Siapa yang tidak mengenal lirik lagu diatas. Iya, sebagian besar masyarakat Indonesia pasti hapal lirik lagu tersebut. “Terajana” hanya sebagian kecil  hits yang diciptakan Bang Haji Rhoma Irama. Kompilasi lagu Melayu Bang Haji dengan berbagai jenis aliran musik, mulai rock, India, dan Pop menjadikan musiknya memiliki ciri khas.

Menurut Wikipedia, pada 13 Oktober 1973, Rhoma mencanangkan semboyan “Voice of Moslem” (Suara Muslim) yang bertujuan menjadi agen pembaru musik Melayu yang memadukan unsur musik rock dalam musik Melayu serta melakukan improvisasi atas aransemen, syair, lirik, kostum, dan penampilan di atas panggung. Menurut Achmad Albar, penyanyi rock Indonesia, “Rhoma pionir. Pintar mengawinkan orkes Melayu dengan rock”. Tetapi jika kita amati ternyata bukan hanya rock yang dipadu oleh Rhoma Irama tetapi musik pop, India, dan orkestra juga. inilah yang menyebabkan setiap lagu Rhoma memiliki cita rasa yang berbeda.

Bicara soal penggemar, jangan ditanya berapa jumlahnya. Dulu (Alm) KH. Zainudin MZ dikenal dengan Da’i sejuta Ummat, gelar serupa layak disandangkan juga kepada Bang Haji, “Seniman berjuta penggemar”. Banyaknya jumlah penggemar dan hits yang diciptakan, layaklah kalau gelar “Raja Dangdut” disematkan kepada diri Bang Haji.

Berdasarkan data penjualan kaset, dan jumlah penonton film- film yang dibintanginya, penggemar Rhoma tidak kurang dari 15 juta atau 10% penduduk Indonesia. Ini catatan sampai pertengahan 1984 (bayangkan berapa jumlah penggemarnya sekarang). “Tak ada jenis kesenian mutakhir yang memiliki lingkup sedemikian luas”, tulis majalah TEMPO, 30 Juni 1984. Sementara itu, Rhoma sendiri bilang, “Saya takut publikasi. Ternyata, saya sudah terseret jauh.”

Bang Haji tidak hanya pintar mengkompilasikan lagu dangdut dengan jenis musik lain. Namun, beliau mampu mengkompilasi dangdut dengan politik dan dakwah.

Di era 90-an, berkolaborasi dengan (Alm) KH. Zainuddin MZ. beliau menggelar konser musik dangdut dengan tema “Nada dan Dakwah”, bahkan tema tersebut sampai diangkat ke layar lebar. Memang sebagian lagu Bang Haji mengandung lirik dakwah seperti lagu Judi, Kerudung Putih dan Mirasantika.

Yang lebih menarik, Bang Haji dengan dangdutnya menjadi “Get Votter” dalam hajatan politik seperti Pemilu. Di masa awal Orde Baru, ia sempat menjadi maskot penting PPP setelah terus dimusuhi oleh Pemerintah Orde baru karena menolak untuk bergabung dengan Golkar. Hasilnya, PPP berhasil meraih suara terbanyak di DKI Jakarta, Rhoma Sempat tidak aktif berpolitik untuk beberapa waktu, sebelum akhirnya terpilih sebagai anggota DPR mewakili utusan Golongan yakni mewakili seniman dan artis pada tahun 1993. Pada pemilu 2004 Rhoma Irama tampil pula di panggung kampanye PKS, dan yang terakhir berkampanye untuk pasangan Foke-Nara dalam ajang Pilkada DKI 2012.

Rhoma Irama dan Subkultur Indonesia.

Bang Haji dengan dangdutnya, mampu membentuk Sub-kultur di Indonesia. Selama ini dangdut di-steorotifkan sebagai lagu Ndeso atau Kampungan. Namun, untuk apakah semua pencitraan itu? memangnya kenapa kalau Dangdut ndeso? Memang itu faktanya kok, sebagian penggemarnya ada diberbagai pelosok desa. Jika ndeso yang dimaksudkan adalah sebuah geografi yang terletak di udik sana tempat kita berasal, maka saya sendiri memang seorang ndeso.

Kata ndeso atau kampungan adalah gambaran tentang subkultur sebagian besar dimana masyarakat Indonesia tinggal, yakni di pedesaan. Desa adalah satuan teritori yang masih memelihara kekerabatan, jaringan sosial, dan masih menganggap diri satu tubuh dengan masyarakat sekitar. Kampungan adalah konsep di mana seluruh warga yang berdiam di satu tempat memiliki solidaritas yang tinggi serta saling memiliki. Kampungan adalah konsep masyarakat yang sehat di mana masing-masing saling mngenal serta mengidentifikasi diri sebagai satu kesatuan. Hajatan pada satu keluarga adalah hajatan seluruh warga. Anda tak menemukan konsep saling mengenal dan saling membantu seperti ini pada masyarakat kota yang sok modern. Jadi, jangan malu disebut kampungan. Jangan pula malu menyebut diri sebagai penggemar Rhoma Irama. Setidaknya kita sedang berdamai dengan diri kita sendiri.

Selain itu, dangdut juga membangun Subkultur dikomunitasnya, mulai dari cara berpakaian, acessories, cara menari (goyang) dan gaya hidup sehari-hari lainya.

Bang Haji Jadi Capres. Why Not?

Selanjutnya, isu yang menggelinding hangat pada bulan November 2012 adalah terkait rencana Bang Haji mencalonkan diri sebagai Presiden pada tahun 2014. Dalam sebuah infotainment, Bang Haji mengatakan, pencalonan dirinya didukung oleh para Kyai, Habaib dan masyarakat, sehingga beliau sangat percaya diri untuk terus maju sebagai Capres.

Seperti diberitakan Tribunews.com, wacana Rhoma Irama melenggang ke bursa Calon Presiden RI 2014 memicu pro dan kontra. Bagi yang kontra, mereka mengolok Bang Haji dengan status dan kreatifitas membuat kartun atau gambar montase seolah-olah sang Raja Dangdut sudah jadi presiden Indonesia beneran di Media Sosial. Bahkan tak sedikit yang mengganti foto profil Blackberry Messenger (BBM)-nya dengan foto bergaya persis Presiden Yudhoyono berpeci, berjas dan berdasi dengan latar belakang bendera merah putih, cuma wajah SBY diganti dengan wajah Rhoma Irama. Nah, yang lumayan ‘kreatif’ juga adalah montase suasana sebuah pameran lukisan di luar negeri yang dihadiri banyak wajah bule. yang dilelang adalah sebuah lukisan dengan frame model perangko (pinggirnya bergerigi) dengan wajah Rhoma Irama memakai busanan resmi kepresidenan RI. Di atasnya tertulis NKRI. Cuma kepanjangannya bukan Negara Kesatuan Republik Indonesia, melainkan Negara Kesatuan Rhoma Irama!
Kemudian kartu lain yang sering dimainkan bagi yang kontra adalah masalah Poligami Rhoma Irama. Masalah Poligami saya kira buka penghalang beliau menjadi Capres. Bukannya seorang Soekarno beristri lebih dari satu!

Seharusnya kita jangan under estimate terhadap Bang Haji. Dalam Ilmu Politik, beliau memiliki semua prasyarat jadi Calon Presiden, yakni : popularitas, uang dan jaringan baik Partai maupun jaringan lainnya seperti organisasi seniman, dukungan kelompok Islam Pedesaan, Ulama dan Pesantren tradisional, serta tidak kalah pentingnya penggemar fanatiknya.

Niatan Bang Haji untuk Nyapres, akhirnya gayung bersambut. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pimpinan Muhaimin Iskandar menyatakan Bang Haji adalah salahsatu Capres yang Potensial yang sedang dibidik PKB.

Seperti dilansir detik.com, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengumumkan partainya melirik Rhoma Irama sebagai kandidat calon presiden di Restoran Al Jazirah, Menteng, Jakarta Pusat, hari Minggu (2/12). “Saya yakin kandidat dari PKB adalah Bang Haji,” tutur Muhaimin.

Pertanyaannya kemudian, jika PKB percaya diri mengusung Bang Haji, bagaimana dengan elektabilitasnya? Memang tidak ada korelasi antara popularitas dengan elektabilitas. Walaupun Bang Haji populer, belum tentu memiliki elektabilitas. Namun saat ini, elektabilitas dengan mudah bisa ditingkatkan dengan banyaknya penyedia jasa “Konsultan dan Survei Politik”, segala sesuatunya menjadi mungkin, jika kita memiliki uang. Dengan sedikit polesan dari Konsultan Politik, saya yakin Bang Haji akan memiliki elektabilitas tinggi.
Pertanyaan selanjutnya, apakah PKB serius mendukung Bang Haji? Jangan-jangan PKB hanya ikut panggung Bang Haji, supaya PKB elektabilitasnya kembali baik menjelang 2014. Jangan sampai ada bahasa, siapa memanfaatkan siapa? Kalau serius, buktikan!

Langkah tegap Bang Haji untuk maju terus menjadi Capres memang tambah mewarnai calon alternatif Presiden RI pada tahun 2014. Selain Bang Haji, sudah beredar pula nama-nama calon alternatif seperti Mahfud MD, Jokowi, dan Dahlan Iskan.

Jadi, terlalu! Jika banyak yang masih mengolok-olok Bang Haji untuk maju sebagai Calon Persiden. Maju terus Bang Haji, pantang mundur. Semakin banyak capres alternatif, semakin baik.

Referensi Tulisan :
(1) Wikipedia.com
(2)Tribunews.com
(3) detik.com
(4) Tulisan Yusran Darmawan, timur-angin.com.

Sumber Foto : merdeka.com
Sumber Tulisan : www.kompasiana.com/ridwan78

Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?