Slider

Kolom Muhammad Ridwan

PNPM Mandiri

Media Sosial

Review Film

Berita

Kuliner

» » Minyak : Antara Berkah dan Kutukan

Bogor, 20 Mei 2008

Eksplorasi minyak di Indonesia sudah dilakukan sejak abad 19, tepatnya antara tahun 1871 - 1885 dengan dilakukannya ekpedisi pencarian minyak oleh Penjajah Belanda. Pada tahun 1883 dilakukan pengeboran minyak yang pertama di Telaga Tiga. Kemudian mulai tahun 1887 Belanda secara resmi mengeksploitasi minyak di Jawa Timur dan mejadikan minyak sebagai komoditas andalan untuk menggerakan ekonomi Belanda.

Diakui, sejak ditemukan di dunia, minyak menjadi berkah bagi umat manusia. Industrialisasi berkembang pesat. Banyak penemuan dalam bentuk teknologi baru oleh ilmuwan seperti mobil, pesawat terbang, energi listrik dan lain-lain. Minyak adalah ketakjuban dan menjadi penopang utama sruktur ekonomi di banyak negara. Minyak menjadi icon ekonomi sebuah negara, sehingga ada istilah Negara Petro Dollar.

Booming minyak juga pernah di alami Indonesia pada tahun 1970 - an, yang diakibatkan oleh tingginya produksi dan harga minyak waktu itu. Indonesia menjadikan minyak sebagai modal utama dalam pembangunan, praktis minyak menjadi lokomotif dalam menggerakan ekonomi negara. Infrastruktur dibangun dimana-mana, khsususnya di Jakarta. Jakarta berubah menjadi kota metropolitan dengan berdirinya gedung - gedung bertingkat, pembangunan jalan raya, pusat perbelanjaan, sekolah, perumahan dan lain-lain. Minyak juga membuat Indonesia mengembangkan teknologi maju dan ilmu pengetahuan. Tentu tidak lupa, minyak membuat sejumlah orang mendadak menjadi OKB alias orang kaya baru dengan harta yang melimpah gila-gilan. Kita tentu masih ingat bagaimana Pertamina pernah menjadi "kerajaan" Ibnu Sutowo di era 1980-an.

Ternyata minyak adalah energi yang tidak bisa di perbaharui, tentu saja semakin lama cadangan minyak pun semakin terbatas. Tapi apa daya, energi yang terbaharukan belum bisa menggantikan minyak sebagai penyokong utama struktur ekonomi dunia. Tentu saja yang paling cemas adalah negara-negara Industri maju yang sangat tergantung sekali dengan minyak.

Salah satu negara industri maju yang cemas dengan semakin menepisnya "emas hitam" adalah Amerika Serikat. Sumber minyak Amerika adalah dari Timur Tengah, walaupun di dalam negeri ada industri minyak, akan tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan minyak Amerika yang konsumsi minyaknya sangat besar tersebut. Oleh karena itu Amerika harus menjaga sumber minyaknya, khususnya di Timur Tengah.

Disinilah awal Minyak menjadi kutukan. Minyak ditenggarai menjadi pemicu konflik yang berkepanjangan di Timur Tengah. Perang Irak didakwa sebagai agenda kolonisasi untuk menguasai minyak oleh Amerika serikat, sehingga saat ini ada korelasi antara emas hitam dan penjajahan. Ada kesan di beberapa negara, Tentara harus diperkuat, anggaran belanja militer harus ditingkatkan. Fenomena apa ini??

Tentu saja peningkatan anggaran militer tidak terlepas dari motif ekonomi politik. Ketika konsumsi BBM di muka bumi meningkat, sementara cadangan minyak mulai habis, dan tidak ada inovasi yang sungguh- sungguh untuk mencari sumber energi alternatif, maka di masa depan akan kita saksikan pertarungan sengit antara banyak negara yang memperebutkan "si emas hitam".

Tema emas hitam sebagai sebuah kutukan bukan hal yang baru. Minyak sebagai sumber kekerasan dan simbol keserakahan sudah disiratkan dalam komik Tintin karya Herge dengan Judul "Di Negeri Emas Hitam" pada tahun 1950. Dijelaskan dalam episode tersebut, Tintin terlibat kudeta penggulingan kekuasaan di Timur Tengah. Tidak ayal, hipotesa tentang minyak sebagai sumber penjajahan dan konflik semakin terbukti.

Setali tiga uang dengan kawasan regional ASEAN, banyak konflik terjadi yang disebabkan oleh sumber energi tersebut, walaupun belum menimbulkan perang secara terbuka. Konflik wilayah Ambalat antara Indonesia dan Malaysia dicurigai memperebutkan kandungan minyak yang besar diwilayah itu. Kemudian masih segar di ingatan kita tentang kasus Celah Timor, tidak menutup kemungkinan ada campur tangan asing untuk memisahkan Timor - Timur dari Indonesia dengan tujuan menguasai sumber minyak tersebut dimasa depan.

Apakah minyak sebagai sumber terjadinya Perang dan konflik, merupakan akhir kutukan dari umat manusia....?? tenyata jawabannya tidak benar!! Ada kutukan yang lebih besar menanti umat manusia saat ini.

Pada Juni 1988, sejumlah pakar klimatologi bertemu di Toronto. Hasil publikasi penelitian mereka menyebutkan bahwa karbon dioksida yang dihasilkan kendaraan bermotor, industri dan rumah tangga ternyata merusak lapisan ozon di atas kita. Jika lapisan itu musnah, malapetaka yang se-dahsyat perang nuklir, menunggu kita semua penghuni bumi. Bahkan dampaknya sudah kita rasakan sekarang dengan istilah "global warming", yang mengakibatkan bencana alam dimana-mana. Kemudian Kerawanan pangan terjadi bagian dunia yang miskin seperti Afrika, Amerika Latin dan Asia, karena mahalnya harga pangan dunia. Salah satu penyebabnya adalah menurunnya tingkat produksi di bidang pertanian akibat global warming dan proyek ambisius Amerika yang mencari sumber energi alternatif yang disebut dengan Etanol. Etanol yang bersumber dari jagung menyebakan konversi besar-besaran para petani gandum menjadi petani Jagung.

Efek domino akibat konsumsi minyak yang menyebabkan global warming memang sangat mengerikan. Sudah jatuh tertimpa tangga, istilah tersebut sangat tepat diberikan kepada negara-negara miskin dan berkembang saat ini. Harga minyak dunia yang melambung tinggi hingga hampir mencapai 130 US Dollar per barel, memukul hampir Knock Out (KO) sebagian besar negara, tidak terkecuali Indonesia. SBY dan JK yang berjanji tidak akan menaikkan harga BBM yang ketiga kalinya di masa pemerintahannya, pada akhirnya menyerah terhadap tuntutan pasar global. APBN tidak bisa lagi bertahan dengan asumsi harga minyak yang dipatok 80 US Dollar per barrel. Subsidi BBM semakin tinggi sejalan dengan kenaikan haga minyak dunia dan rendahnya produksi minyak dalam negeri, dan menurut para analis ekonomi, Indonesia terancam masuk kembali ke krisis ekonomi jika Pemerintah tidak menaikkan harga BBM.

Tentu saja kutukan selanjutnya dari kenaikan harga emas hitam untuk penduduk dunia adalah mahalnya harga - harga, yang diakibatkan meningkatnya biaya produksi diberbagai sektor, termasuk Industri yang sangat tergantung dengan BBM. Khusus di Indonesia, sudah bisa dibayangkan meningkatnya jumlah orang miskin, yang diawali dengan PHK para pekerja, menurunnya pendapatan, dan lemahnya daya beli masyarakat. Dan masyarakat yang hidup di level paling bawah, pasti yang langsung merasakan "kutukan" dari minyak tersebut.

Nah, dari paparan diatas, saya lebih berani menyatakan bahwa minyak lebih banyak membawa kutukan bagi warga dunia daripada membawa berkah saat ini! Bagaimana dengan pendapat anda?

Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?