Slider

Kolom Muhammad Ridwan

PNPM Mandiri

Media Sosial

Review Film

Berita

Kuliner

» » » Ketika “SBY Kecil” Melawan

13556713671873398268
















Berita mundurnya Andi Malarangeng sebagai Wanbin Demokrat, serta pemecatan Ruhut Sitompul dari pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Demokrat cukup menyita perhatian semua media massa pada bulan Desember ini. Pasalnya, Andi Malarangeng dan Ruhut ‘Poltak” Sitompul dikenal sebagai loyalis SBY. Oleh beberapa pengamat, Mundurnya Andi Malarangeng dan Pencopotan Ruhut adalah upaya “mempreteli” para loyalis SBY di pengurus DPP dan Wanbin Demokrat. Reshuffle besar-besaran pengurus DPP Demokrat mengindikasikan semakin meruncingnya friksi ditubuh partai dengan lambang Bintang Mercy ini. 


Tidak bisa dipungkuri bila Demokrat memang sedang dijangkiti konflik internal. Bila disederhanakan, konflik terpecah kepada dua kubu yaitu antara Ketua Dewan Pembina SBY dan Ketua Umum Anas Urbaningrum.
Tapi, tentu saja konflik antara SBY dan Anas ini tidak akan terbuka. Ada beberapa alasan mengapa konflik ini tidak sampai terbuka. SBY tidak mungkin berhadapan langsung dengan Anas. Bagaimanapun, level SBY jauh lebih tinggi dibanding Anas, baik dari sudut internal partai maupun dalam kekuasaan.

Anas Urbaningrum memang tidak akan berani head to head dengan SBY. Namun Anas Urbaningrum cerdas mengelola konflik tertutup di internal Demokrat ini. Anas dan kubunya sadar betul kekuatan yang dimiliki kubu SBY.

Semakin hari, bargaining position Anas di mata SBY kian kuat. Anas terbukti memiliki jaringan yang sangat luas dan rapih. Anas ternyata menguasai sumber kekuasaan di berbagai daerah. Bisa dikatakan, mayoritas pimpinan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Demokrat adalah orang Anas, dan bila ada Musyawarah daerah (Musda) Partai demokrat dipastikan yang keluar sebagai pemenang adalah kubu Anas.
Tidak heran, ketika Anas dengan berani memecat dan merotasi para loyalis SBY dari pengurus DPP Demokrat, Anas mendapat dukungan dari mayoritas pengurus DPD Demo. Hal ini terlihat ketika puluhan orang dari pengurus DPD mengusir Ruhut Sitompul dari acara Silaturahmi Nasional (Silatnas) Partai Demokrat di Sentul Covention Center yang dilaksanakan apada akhir pekan kemarin (Sabtu, 15 Desember 2012).

Kalau kita amati Anas Urbaningrum pada awalnya berupaya melawan SBY secara halus atas pembunuhan karakter yang dihadapinya. Anas merasa menjadi kambing hitam atas anjloknya elektabilitas Partai Demokrat saat ini, akibat berbagai kasus korupsi yang melibatkan elit partai Demokrat.

Berdasarkan survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang digelar 2-11 Juni 2012, Partai Demokrat yang memperoleh suara terbanyak pada Pemilihan Umum 2009, berada di urutan ketiga dengan 11,3 persen jika pemilu digelar tahun ini.

Tidak hanya LSI, hasil lembaga survei lainnya juga menunjukkan suara diprediksi bakal menurun. Jebloknya suara Demokrat diperkirakan karena beberapa kader terseret kasus korupsi seperti Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin, Mantan Menpora Andi Malarangeng dan Angelina Sondakh.

Konflik internal antara kubu Anas dan kubu yang tidak puas dengan kepemimpinan Anas di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) harus segera dihentikan. Tidak mudah untuk melengserkan Anas karena ada aturan yang berlaku di partai. Sampai saat ini, tuduhan miring bahwa mantan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu terlibat kasus korupsi dalam proyek Hambalang belum terbukti.

Meski sulit digulingkan, namun posisi Anas terus digoyang. Kasus Hambalang dan anjloknya popularitas dan elektabilitas partai Demokrat menjadi peluru untuk menembak Anas. 
Pertanyaanya sekarang apakah pemecatan Ruhut Sitompul dan digesernya posisi para loyalis SBY di DPP Demokrat, mengindiksikasikan Anas mulai berani melawan SBY secara frontal? 

Referensi :
(1) inilah.com
(2) okezone.com
(3) merdeka.com

Sumber Photo : Antaranews.com
Sumber Tulisan : www.kompasiana.com/ridwan78

Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?