Slider

Kolom Muhammad Ridwan

PNPM Mandiri

Media Sosial

Review Film

Berita

Kuliner

» » » Orang Kaya Sebabkan Jakarta Tenggelam?

Jakarta Tenggelam! Menjadi headline semua media mainstream Online  di hari Kamis (17/01/2013). Banjir Jakarta tahun ini, tidak hanya terjadi di wilayah langganan banjir seperti Kampung Melayu. Jalan Sudirman-Thamrin, Bundaran Hotel Indonesia dan Istana Negara-pun, hampir tenggelam.

135844235044574337
  Keterangan foto: Presiden menggulung celananya, Presiden SBY meninjau banjir di Wisma Negara, kompleks Istana Jakarta, Kamis (17/1) pagi.  (foto: anung/presidensby.info)
Seperti di informasikan Website Presiden SBY, Istana Kepresidenan Jakarta tak luput dari banjir. Bahkan diperlihatkan, Pak SBY sedang menggulung celananya dan berbasah-basah melihat kompleks Istana yang terendam air hingga 30 sentimeter, terutama di Wisma Negara. Banjir yang melanda sejumlah kawasan Jakarta, praktis melumpuhkan aktivitas warga. Dahsyatnya banjir tahun ini, akibat curah hujan yang tinggi, buruknya infrastruktur drainase di Jakarta, serta berkurangnya daya dukung lingkungan di daerah penyangganya.
Rusaknya ekologi, menjadi penyebab berkurangnya daya dukung lingkungan di daerah penyangga, khususnya di Bogor. Era tahun 80-an, di Kabupaten Bogor, masih terdapat puluhan Situ (Danau Kecil) sebagai daerah tangkapan air. Sekarang, bisa dihitung dengan jari. Hilangnya Situ di Kabupaten Bogor karena beralih fungsi menjadi Permukiman. Tanpa menghiraukan Amdal, banyak pengembang perumahan mereklamasi situ. Akibatnya, daerah tangkapan air semakin menyusut.

1358442409634043874
Salah satu situ yang ada di Kec.Bojonggede, Kabupaten Bogor. (Sumber : pikiran-rakyat.com)
Situ yang tersisa di Kabupaten Bogor, kondisinya-pun sangat memprihatinkan. Seperti dilansir pikiran-rakyat.com (

Beberapa situ yang tidak terawat antara lain, Situ Cibolang dan Cijantungeun Ilir di Kecamatan Jasinga, Situ Wadana dan Cijapar di Kecamatan Parung Panjang, Situ Cimanggis di Kecamatan Bojonggede, Situ Tonjong di Kecamatan Tajurhalang, Situ Cogreg di Kecamatan Ciseeng, Situ Curug Serpong di Kecamatan Gunung Sindur, Situ Cicau Cigadung di Kecamatan Klapanunggal, Situ Rawa Jaler di Kecamatan Cileungsi, Situ Cijantung di Kecamatan Cibinong, Situ Cipambuan Hilir di Kecamatan Babakan Madang, Situ Cijujung di Kecamatan Sukaraja, dan Situ Leuwi Nutug di Kecamatan Citeureup. Situ yang terawat baik, hanya terlihat di Situ Cikaret dan Situ Kelurahan Tengah, yang kebetulan lokasinya didekat komplek perkantoran Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor di Cibinong.

Pengelolaan dan perawatan situ Bogor tidak optimal, karena masih tumpang tindih antara kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Menurut UU Nomor 17 tahun 2004, Kewenangan pengelolaan situ ada di Pemerintah pusat, melalui Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane, Kementrian Pekerjaan Umum. Sehingga pemerintah daerah Kabupaten Bogor tidak bisa mengambil tindakan apapun karena terganjal kewenangan pengelolaan situ tersebut.

Perawatan dan pengelolaan Situ tidak boleh dianggap sebelah mata. Tentu anda masih ingat kasus Situ Gintung di Ciputat pada tahun 2009. Iya, pada tanggal 27 Maret 2009 pagi, kita semua dikagetkan oleh berita mengenai jebolnya tanggul Situ Gintung. Kejadian tersebut menyita perhatian masyarakat begitu besar, bahkan Bapak Presiden dan Wakil Presiden-pun menyempatkan diri untuk meninjau bencana di Situ Gintung.

Akibat jebolnya tanggul situ tersebut, kawasan perumahan di bagian hilir Situ Gintung disapu oleh air bah dan mengakibatkan 99 korban jiwa, ratusan rumah hancur, dan sekitar 1000 orang harus mengungsi. Bencana tersebut, walaupun tidak sebesar bencana tsunami di Aceh, namun tetap membuat kita terharu, sedih dan tentunya juga bertanya-tanya, kenapa bencana tersebut bisa terjadi dan kenapa begitu besar kerugian yang ditimbulkannya? Orang awam-pun tahu jawabannya.

Iya, apalagi kalau bukan karena kerakusan manusia, dengan merusak lingkungannya sendiri. Jangan salahkan wilayah Bogor jika terjadi banjir di Jakarta. Tenggelamnya Jakarta, secara tidak langsung disebabkan oleh kelas menengah dan kaya.  Kenapa? karena sebagian besar pengembang dan pemilik Villa, seperti di kawasan Puncak, Gunung Halimun, Bukit Sentul dan Hambalang adalah orang kaya. Berkelindan dengan pembangunan perumahan elit yang mereklamasi Situ, semuanya orang kaya. Khususnya berasal dari Jakarta.  Kemudian, pemberi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) juga dibuat kaya.

Manusia punya istilah, "Tidak ada makan siang gratis". Begitu-pun alam kalau mereka bisa bicara, "Ada harga mahal yang harus dibayar manusia atas ketamakannya". Padahal, bagi yang beragama Islam, Allah SWT telah memperingatkan dalam Surat Ar-Rum Ayat 41 :
“Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".

Tulisan ini untuk bahan intropeksi kita semua.

Referensi Tulisan
[1] www.pikiran-rakyat.com
[2] www.presidensby.info

Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?