Slider

Kolom Muhammad Ridwan

PNPM Mandiri

Media Sosial

Review Film

Berita

Kuliner

Kader PKS Putihkan GOR Saburai Bandar Lampung

Kemarin, Sabtu (22/03) saya hadiri Kampanye terbuka Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Lampung yang dipusatkan di Gedung Olah Raga (GOR) Saburai Bandar Lampung, dihadiri kurang lebih 10 ribuan massa, Sabtu (22/3). Di dalam GOR massa PKS dipekirakan mencapai tujuh ribu orang. 

Selain memenuhi tribun, terlihat massa PKS juga menyemut diluar GOR. Kader dan Simpatisan  yang tak tertampung di dalam disediakan layar lebar agar tetap dapat mengikuti semua acara kampanye terbuka PKS.

Seperti diberitakan www.mediawarga.info,  Presiden PKS, Anis Mata,  memimpin kampanye terbuka di Lampung hari ini.  

Anis Matta tiba di GOR Saburai sekitar pukul 14.00 yang disambut meriah oleh ribuan kader dan simpatisan PKS. Anis Matta hadir bersama Sekjen PKS Taufik Ridho.

Dalam orasi politiknya, Anis Matta menyatakan kemenangan PKS sudah di depan mata, oleh karena itu seluruh kader  PKS harus bekerja keras untuk memenangkan PKS dalam pemilihan legislatif (Pileg) mendatang.

"PKS tahun ini akan menang! Mengapa? Karena Istana pernah rasa merah. Istana pernah rasa kuning. Istana pernah rasa hijau. Istana pernah rasa biru. Tapi Istana belum pernah rasa apa?" tanya Anis kepada 7 ribu kader yang memadati Gelanggang Olah Raga (GOR) Saburai. Seluruh GOR langsung bergemuruh dengan jawaban, "Putih!"

"Namun tiket untuk bisa mencalonkan kader terbaik PKS tergantung Pemilihan Legislatif mendatang" Tegas Anis Matta.

Anis meminta kader PKS di Lampung bekerja keras untuk menambah kursi di DPR-RI. "Saya harap Lampung bisa menyumbang minimal 4 kursi di DPR-RI" Ungkap Anis.

Berikut dokumentasi kampanye PKS di Bandar Lampung pada Sabtu (22/03).

Anis Matta Presiden PKS di Tengah Massa PKS

Kader dan Simpatisan PKS Memenuhi GOR Saburai

Massa PKS Putihkan GOR Saburai

 
Massa PKS Putihkan GOR Saburai

Foto : Dokumentasi Muhammad Ridwan
Sumber: www.mediawarga.info

Koalisi 3 Subkultur Politik Dalam Pilpres 2014

Di awal kemerdekaan Indonesia sampai berakhirnya era demokrasi terpimpin, ada 3 (tiga) subkultur politik di Indonesia yang dominan yakni Nasionalis pro Soekarno, Komunis dan Islam. Bahkan oleh Presiden Soekarno tiga subkultur politik tersebut disatukan dalam doktrin Nasakom.  

Partai Peserta Pemilu Legislatif 2014 (Sumber: Tribunnews.com)
Nasakom adalah singkatan dari Nasionalis, Agama dan Komunis. Menurut Wikipedia, teori Nasakom telah lahir dan dirumuskan oleh Soekarno sejak tahun 1926 yang pada saat itu diistilahkan dengan tiga hal pokok yakni “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme. Pada intinya ketiga hal tersebut dipersatukan dalam satu tujuan yaitu Gotong-royong (bekerja bersama-sama) untuk Revolusi Indonesia dalam melawan Imperialisme. Namun doktrin ini tidak berlaku lagi ketika orde baru berkuasa.

Di  era orde baru, pasca  Soekarno dilengserkan, Militer kemudian menggantikan posisi Komunis sebagai salahsatu kekuatan politik di Indonesia dan sangat mendominasi. Dua subkultur politik yang lainnya, yakni faksi Nasionalis warisan Soekarno  dan Islam, praktis hanya sebagai pelengkap saja. 

Untuk mengendalikan dua subkultur politik ini, pada tahun 1973 pemerintahan orde baru mengeluarkan kebijakan penyederhanaan partai melalui fusi partai politik yaitu dengan cara menyatukan  empat partai politik Islam, yaitu : NU, Parmusi, Partai Sarikat Islam dan Perti bergabung menjadi Partai Persatu Pembangunan (PPP). Kemudian, lima partai lainnya yaitu PNI, Partai Kristen Indonesia, Parati Katolik, Partai Murba dan Partai IPKI (ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Maka pada tahun 1977 hanya terdapat 3 organisasi kekuatan politik Indonesia dan terus berlangsung hinga pada pemilu 1997.

Setelah Orde Baru tumbang, pada pemilu tahun 1999, kita kembali kepada era multi partai. Tercatat 48 partai politik mengikuti pemilu 1999. Kemudian, pemilu di tahun 2004 di ikuti 24 partai politik dan pemilu tahun 2009 di ikuti 38 partai politik dan 6 partai lokal Aceh. Dan kini di tahun 2014, kembali digelar pemilihan umum yang akan di ikuti oleh 12 partai politik dan 3 partai lokal Aceh. 

Konstelasi politik dalam pemilu dari tahun 1999 - 2014, di dominasi oleh tiga subkultur Politik yakni, Islam, Nasionalis dan Militer. Walaupun militer sudah menanggalkan gelanggang politik sejak tahun 2004, ada fenomena menarik pada Pemilu 2004 dan 2009, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berlatarbelakang militer terpilih sebagai Presiden, dan banyak purnawirawan TNI yang berdiaspora atau menyebar ke berbagai partai politik untuk bertarung mendapatkan kursi di Parlemen. Jadi, kekuatan Subkultur Militer tetap ada dan kuat.

Di tahun 2014, tiga kekuatan subkultur politik ini menyebar di berbagai partai, yaitu:

1. Subkultur Nasionalis: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).
2. Subkultur Islam : Islam Perkotaaan terdiri dari Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Bulan Bintang (PBB). Kemudian Islam Tradisional terdiri dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
3. Subkultur Militer (Ketua Umum atau Capres dari purnawirawan militer): Partai Demokrat, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Koalisi antar Subkultur Politik dalam Pemilihan Presiden 2014

Menyimak hasil polling satu bulan terakhir, diprediksi Partai Golkar dan PDI-P akan bersaing dalam memperebutkan posisi 'jawara' dalam pemilu legislatif (Pileg) 2014. Kemudian Partai yang mengusung Capres dan Ketua umum dari purnawirawan militer juga akan memperoleh suara yang signifikan, khususnya Partai Gerindra. Sedangkan Partai-partai Islam ada diposisi papan bawah dalam Pileg 2014.

Melihat konstelasi tersebut, diprediksi peluang partai yang bisa mencalonkan Capres sendiri adalah PDI-P dan Partai Golkar, akan tetapi peluang terbesar sebagai pemenang pileg dan pilpres adalah PDI-P.

Namun, Pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) 2014 diprediksi tidak akan berlangsung satu putaran. Meskipun, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presiden (capres).

Hal itu disampaikan pendiri Pusat Data Bersatu (PDB), Didik J Rachbini dalam diskusi bertema "Nasib Jakarta, Pasca Jokowi", di Jakarta, mengutip BeritaSatu.com, Selasa (18/3).

"Tampaknya pilpres tidak satu putaran. Walaupun PDI-P usung Jokowi, akan sulit menang satu putaran," kata Didik.

Dia menjelaskan, elektabilitas Jokowi mengalami penurunan dalam survei. "Jokowi pernah sampai di atas 30% elektabilitasnya, tapi terakhir ini turun sampai di bawah 30%. Penyebabnya adalah kritik yang menyebar dari mulut ke mulut jadi besar," tegas Didik.

Jika benar prediksi PDB tersebut, maka skenario koalisi Subkultur Politik putaran dua dalam Pilpres adalah sebagai berikut :

(1) Koalisi Nasionalis dengan Islam Tradisional Vs. Koalisi Militer (Prabowo) dengan Islam Perkotaan.
(2) Koalisi Nasionalis dengan Islam Perkotaan Vs. Koalisi Militer (Prabowo) dengan Islam Tradisional.
(3) Koalisi Nasionalis (PDI-P) dengan Militer (Wiranto/Jenderal Pro Mega) didukung Islam Tradisional Vs. Koalisi Militer (Prabowo) dengan Islam Perkotaan, didukung Golkar dan Demokrat.
(4) Koalisi Nasionalis (PDI-P) dengan Islam (Poros Tengah) didukung Militer (Wiranto) Vs. Koalisi Militer (Prabowo) dengan Nasionalis (Golkar) dan du dukung oleh Demokrat (SBY).
(5) Koalisi Nasionalis dengan Militer (Wiranto/Jenderal Pro Mega) Vs. Koalisi Militer (Prabowo) dengan Poros Tengah, didukung oleh Golkar dan Demokrat (SBY).

Peluang untuk menang diantara kekuatan tiga subkultur tersebut masih sama kuat. Jadi bohong, jika Jokowi dengan mudah memenangkan Pilpres 2014. Bagaimana dengan pendapat anda?

Oleh: Muhammad Ridwan
Kotabumi, 21 Maret 2014

Satria Piningit itu Bukan Jokowi

Buku Jokowi (Bukan) Untuk Presiden (Kompasiana.com)
Siapa Presiden RI yang akan terpilih pada tahun 2014 ini?  Pertanyaan ini semakin mengemuka menjelang Pemilihan Presiden yang akan di gelar pada 9 Juli 2014 mendatang.

Saat ini beberapa nama telah di deklarasikan sebagai calon presiden (Capres) oleh partai politik, diantaranya Aburizal Bakri dari Partai Golkar, Prabowo Subianto dari Partai Gerindra, Wiranto dari Partai Hanura, Hatta Rajasa dari PAN, Yusril Ihza Mahendra dari PBB, dan terakhir Joko Widodo atau Jokowi telah di-Capres-kan oleh PDI Perjuangan.

Selain itu, beredar juga nama Dahlan Iskan dan Anis Baswedan sebagai peserta konvensi Capres Partai Demokrat, lalu ada Mahfud MD, Yusuf Kalla dan Rhoma Irama yang digadang-gadang akan diusung oleh PKB, serta Ahmad Heryawan, Anis Matta dan Hidayat Nurwahid Capres dari PKS.

Dari beberapa nama Capres yang beredar, Elektabilitas Jokowi  ‘tak tertandingi'  dalam berbagai survei jika Pilpres dilaksanakan hari ini.

Dengan kepopuleran dan elektabilitasnya yang tinggi, apakah benar Jokowi akan menempati kursi RI-1 pada 2014 ini?

Kepopuleran Jokowi disebabkan prestasi kerjanya selama menjabat Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta secara masif diliput oleh media massa. Kemudian, penampilannya yang sederhana dan merakyat mampu memikat banyak orang untuk mendorongnya jadi salahsatu Capres. Lalu ada faktor lainnya yang membuat Jokowi diharapkan 'Wong Cilik", yaitu ada sebagian masyarakat yang mempercayai Jokowi sebagai Satria Piningit.

Mari kita bahas peluang Jokowi ini dari sisi kajian Non-Post Modern. Saya belum yakin jika Jokowi akan menjadi presiden tahun ini. Meski Gubernur DKI Jakarta itu unggul di semua survei, namun, itu bukanlah jaminan Jokowi bisa menang dalam Pilpres mendatang, apalagi jika ramalan Ronggo Warsito dan Wangsit Siliwangi tepat.

"Benarkah Satria Piningit itu Jokowi? Mari kita simak ramalan Raden Ngabehi Ronggo Warsito, pujangga besar tanah Jawa yang hidup pada era Kasunanan Surakarta abad 18.

Menurutnya, ada tujuh satrio sebagai tokoh yang memerintah wilayah seluas wilayah eks kerajaan Majapahit ini. Tujuh tokoh tersebut adalah Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar, Satrio Jinumput Sumelo Atur, Satrio Lelono Topo Ngrame, Satrio Piningit Hamong Tuwuh, Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, dan Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu.

Ada pihak yang menafsirkan ke-tujuh Satrio sebagai berikut :

Pertama, SATRIO KINUNJORO MURWO KUNCORO. Pemimpin yang akrab dengan penjara (Kinunjoro), yang akan membebaskan bangsa ini dari belenggu tradisi penjara, kemudian menjadi tokoh pemimpin yang sangat tersohor di seluruh jagad (Murwo Kuncoro). Tokoh ditafsirkan sebagai Soekarno, Proklamator dan Presiden Pertama RI. Berkuasa tahun 1945-1967.

Kedua, SATRIO MUKTI WIBOWO KESANDUNG KESAMPAR. Tokoh pemimpin berharta dunia (Mukti), berwibawa dan ditakuti (Wibowo), namun dirinya dilekatan dengan segala kesalahan dan bernasib buruk (Kesandung Kesampar). Ditafsirkan sebagai Soeharto, Presiden Kedua RI dan pemimpin Rezim Orba yang sangat ditakuti. Berkuasa tahun 1967-1998.

Ketiga, SATRIO JINUMPUT SUMELA ATUR. Tokoh pemimpin yang diangkat (Jinumput) tetapi hanya dalam masa transisi atau sekedar menyelingi (Sumela Atur). Ditafsirkan BJ Habibie Presiden Ketiga RI. Berkuasa tahun 1998-1999.

Keempat, SATRIO LELONO TAPA NGRAME. Tokoh pemimpin yang suka mengembara/ keliling dunia (Lelono) juga mempunyai jiwa rohaniawan dan kontroversial (Tapa Ngrame). Ditafsirkan KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dus, Presiden Keempat RI. Berkuasa tahun 1999-2000.

Kelima, SATRIO PININGIT HAMONG TUWUH. Tokoh pemimpin yang muncul membawa kharisma keturunan dari moyangnya (Hamong Tuwuh). Ditafsirkan Megawati Soekarnoputri, Presiden Kelima RI. Berkuasa tahun 2000-2004.

Keenam, SATRIO BOYONG PAMBUKANING GAPURO. Tokoh pemimpin yang berpindah tempat (boyong) dari menteri menjadi presiden dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju puncak zaman keemasan (Pambukaning Gapuro). Ditafsir SBY. Presiden SBY akan berhasil melewati semua tantangan bangsa jika mampu mensinergikan dengan kekuatan Sang Pemimpin Ketujuh SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU.

SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU dinilai tokoh pemimpin sangat relijius yang digambarkan resi begawan (Pinandito/ ulama) yang rendah hati, memimpin atas dasar bimbingan syariat Allah SWT (Sinisihan Wahyu).

Jika merujuk pada tafsir ramalan ini, seharusnya yang akan menjadi Presiden pengganti Susilo Bambang Yudhoyono adalah seseorang yang sangat religius. Menurut Ronggo Warsito, Satria Piningit yang akan menjadi Presiden mendatang adalah seorang pemimpin yang religius, rendah hati dan memimpin atas dasar Syariat Islam (Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu). Apakah dalam diri Jokowi ada sifat Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu ?

Kita semua mengetahui Jokowi diusung PDI-P yang dikenal sebagai partai kaum nasionalis dan abangan yang memiliki pendukung fanatik. Secara individu, spritualitas Jokowi biasa saja, tidak terlalu religius bahkan cenderung abangan. Tidak ada sifat santri yang melekat pada diri Jokowi.

Kalau benar ramalan Roggo Warsito, tanpa mendahului takdir Allah SWT, seharusnya yang menjadi Presiden tahun 2014 adalah dari kalangan santri seperti Capres dari Partai Islam atau tokoh religius lainnya.

Ada beberapa nama Capres yang beredar dari Partai Islam diantaranya, Hatta Rajasa, Yusril Ihza Mahendra, Ahmad Heryawan, Anis Matta dan Hidayat Nur Wahid. Sedangkan tokoh yang terkenal religius namun belum di usung partai politik adalah Yusuf Kalla dan Mahfud MD.

Dari beberapa nama tersebut, peluang terbesar jadi 'kuda hitam' berasal Partai Islam dengan kader dan massa yang militan, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Saya prediksi, PKS suaranya akan meningkat dalam pemilu legislatif mendatang dan masuk tiga besar.

Walaupun tahun 2013 PKS mengalami 'tsunami politik' namun bisa cepat bangkit kembali. Hal ini bisa terlihat dalam kampanye perdana PKS di DKI Jakarta yang digelar di Gelora Bung Karno (GBK) pada hari Minggu (16/03), yang dihadiri ratusan ribu kader dan simpatisannya. Kader dan simpatisan PKS berhasil memutihkan GBK.

Dengan modal suara diatas 20%, PKS bisa ajukan Capresnya sendiri, jika kurang dari 20% bisa berkoalisi dengan poros tengah atau partai lainnya.

Dari tiga Capres PKS yang beredar, Ahmad Heryawan layak dipilih menjadi Capres PKS. Selain sudah teruji kepemimpinannya di Jawa Barat, Ahmad Heryawan memiliki sifat Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu. Ahmad Heryawan memiliki ciri-ciri yang melekat sebagai Satrio Piningit tersebut. Kedatangan Satria Piningit berdarah Pasundan juga sudah diramalkan oleh Maharaja Padjadjaran, Prabu Siliwangi melalui sebuah wangsit yang di kenal dengan Wangsit Siliwangi. Menurut Siliwangi, Satria Piningit berikutnya berasal dari Tanah Pasundan.

Lantas, apakah Anda percaya ramalan ini? Terlepas percaya atau tidak, ini hanyalah sekadar ramalan yang belum dipastikan kebenarannya.

Muhammad Ridwan
Bandar Lampung 17 Maret 2014

Analisis Marxis Tentang Islam Politik


Bentuk imperialisme mengalami metamorfosis sejak berakhirnya perang dunia Kedua. Saat ini Amerika Serikat dan sekutunya mendominasi di seluruh dunia, baik secara ekonomi, politik maupun militer. Secara ekonomi, dominasi itu ditancapkan melalui lembaga-lembaga seperti IMF dan WTO. Sementara secara politis melalui pemimpin yang bisa dikendalikan dan dipengaruhi seperti yang terjadi di Irak, Afghanistan, dan Palestina, dan secara militer dengan cara pendudukan negara-negara berdaulat di Timur Tengah dan Asia Selatan.

Praktis, pasca berakhirnya perang dingin, Amerika Serikat dan sekutunya menjadi satu-satunya polisi dunia. Namun pasca peristiwa 11 September 2001, atau lebih dikenal dengan peristiwa 9/11 melalui kampanye Presiden George W. Bush yang disebut “Perang Melawan Teror”,  telah mengubah seluruh diskusi tentang relasi Islam dan Dunia Barat.  Mulai saat itu, Amerika Serikat mulai menghadapi penyeimbang baru yakni gerakan Islam Politik di seluruh dunia

Imbas dari kampanye “Perang Melawan Teror”, tidak hanya Al-Qaeda yang menjadi target, banyak gerakan Islam yang dianggap radikal, dan dicurigai berafiliasi dengan Al-Qaeda juga terkena imbasnya. Tidak hanya itu, gerakan Islam Politik yang tidak ada hubungan dengan Al-Qaeda-pun ikut diberangus.

Saatnya Pemuda Indonesia (kembali) Menggugat

Anda mungkin pernah mendengar suatu kisah yang diceritakan orangtua kita tentang shalat Istiqho di negeri Islam Andalusia, Spanyol. 

Diceritakan, negeri Islam tersebut pernah ditimpa kemarau  yang sangat  panjang. Selain kehancuran tanaman pertanian akibat kekurangan air, berbagai musibah lain terjadi silih berganti. Akhirnya Sultan Andalusia memerintahkan seorang ulama besar untuk menyelenggarakan  Shalat Istiqho di pusat pemerintahan. 

Sebagaimana lazimnya sebelum shalat Istiqho, Sultan harus berkhotbah. Namun, ketika Sultan hendak bekhotbah, mendadak suaranya hilang. Sultan tidak bisa berucap sepatah-pun. Akhirnya sang Ulama besar berusaha menyelamatkan sang Sultan dengan mengambil alih mimbar. Tapi, sangat ajaib, ulama besar itu pun mendadak bisu.
Shalat Istiqho yang dimaksudkan untuk menghilangkan satu musibah, ternyata malah mendatangkan musibah baru, para penguasa negeri mendadak bisu tidak bisa bicara. Ditengah kepanikan dan kebingungan jamaah sholat istqho, tiba-tiba seorang pemuda maju ke atas mimbar. Sang pemuda tersebut mulai mengucapkan salam dan meminta izin untuk berkhotbah menggantikan sang Sultan dan Ulama besar tadi. Sang pemuda mulai berkhotbah dengan suara yang tenang, bicaranya lancar dan fasih serta topiknya menarik, yakni “Menggugat para pemimpin atas dosa-dosa besarnya”.

Dengan tegas pemuda tersebut mengatakan bahwa musibah yang menimpa negeri Islam Andalusia terjadi karena kesalahan para penguasa negeri, baik Sultan, pejabat negara maupun  para ulama. Sang pemuda meminta Sultan dan semua pejabat bertobat. Ia menyebut satu persatu kesalahan para pemimpin negeri Islam tersebut dan meminta mereka mengakuinya dihadapan rakyat dan Allah SWT. 

Loyalis Anas: Perpu Penyelamatan MK Harus Dicurigai

Ma'mun Murod Al-Barbasy
Media Warga Online - Mahkamah Konstitusi (MK) menjadi sorotan masyarakat pasca ditangkapnya Ketua MK Akil Mochtar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam operasi tangkap tangan di Kompleks Perumahan Menteri, Jl Widya Chandra, Rabu (2/9) malam. 

Melalui media sosial, banyak pihak mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengambil langkah tegas untuk menyelamatkan kewibawaan MK dimata masyarakat .

Akhirnya, isu yang menggelinding hangat di media sosial terkait kasus MK, di respon Presiden melalui akun Twitter dan Facebook Pada Jum,at (4/10) malam.

Menurut Presiden, penangkapan Ketua MK oleh KPK adalah tragedi politik dan mencoreng nama negara Indonesia. 

"Kita memiliki dua institusi yang kuat yaitu MK dan KPK, harapan rakyat amat tinggi. Sepatutnya kepercayaan rakyat tidak dicederai", ungkap Presiden melalui Akun Facebook Susilo Bambang Yudhoyono.

Detik-detik Menentukan Perubahan Piagam Jakarta

Oleh: Muhammad Ridwan

Media Warga Online - Buya Syafii Maarif dalam bukunya yang berjudul “Islam dan Politik, Teori Belah Bambu Masa Demokrasi Terpimpin” menjelaskan dengan gamblang tentang perbedaan pandangan politik dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) beberapa bulan menjelang Kemerdekaan Indonesia.

Isu paling krusial dalam perdebatan tersebut, ialah pembicaraan tentang ideologi negara Indonesia yang bakal lahir itu. Isu politis-ideologis ini yang kemudian berdampak panjang dalam perjalanan sejarah modern Indonesia.

Menurut Buya Syafii Maarif, seandainya Dr. Rajiman tidak mengajukan pertanyaan tentang Philosofiishe Grondslag (landasan filofis) bagi negara yang hendak didirikan itu, mungkin situasinya menjadi lain.

Apalagi menurut kesaksian Bung Hatta, sebagian besar anggota BPUPKI tidak mau menjawab pertanyaan itu karena khawatir akan mengundang perpecahan dan memakan waktu lama.
Barangkali disamping khawatir, sebagaian besar memang tidak siap berfilsafat dalam situasi yang sangat mendesak tersebut.

Kemudian, menurut Buya Syafii berdasarkan kesaksian Bung Hatta, yang paling siap menjawab pertanyaan DR. Rajiman adalah Bung Karno dan Muhammad Yamin dari golongan nasionalis dan Ki Bagus Hadikusumo dari Muhammadiyah yang mewakili golongan Islam.