Slider

Kolom Muhammad Ridwan

PNPM Mandiri

Media Sosial

Review Film

Berita

Kuliner

Politik Dendam Kusumat Harus di Akhiri

Presiden SBY sedang dampingi Presiden terpilih Jokowi dalam kegiatan orientasi Istana Merdeka, Minggu (19/10). Sumber: Kompas.com
Catatan Harian (20 Oktober 2014) - Proses transisi kepemimpinan nasional yang kita saksikan pada hari Senin, 20 Oktober 2014 benar-benar menyejukan. Cukup sudah politik Ken Arok dipraktekan bangsa ini.

Tahun 1967 sejarah mencatat Bung Karno dilengserkan melalui Sidang Istimewa (SI) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), akibatnya dendam kusumat keluarga besar Bung Karno dan pendukungnya masih tersimpan sampai sekarang.

Tahun 1998, Mahasiswa bersorak sorai (termasuk saya) menyaksikan pengunduran diri Pak Harto. Saya bisa bayangkan sakit hatinya Pak Harto, keluarga besar dan pengikutnya sampai hari ini. Pak Habibie pun demikian, pertanggungjawabannya tidak diterima oleh MPR-RI, mungkin Pak Habibie juga sakit hatinya, padahal beliau orang baik dan diluar gedung MPR sebagian Mahasiswa bersorak gembira.

Di Era Gus Dur lebih parah lagi, Gus Dur dinistakan oleh MPR-RI dan keluar Istana tanpa kehormatan, sakit hati Gusdur, Keluarga dan pendukungnya masih terasa sampai sekarang. Sang Adik Gusdur, Megawati, yang khianati Kakaknya (GusDur), akhirnya harus menelan pil pahit juga, kalah dalam pertarungan politik dengan SBY, mantan anak buahnya. Megawati merasa dikhianati SBY dan dendam kusumat Megawati terasa sampai sekarang. Megawati dan SBY tidak pernah Islah.

Lalu, di era SBY, beliau refleksi, Bangsa ini tidak akan pernah menjadi Bangsa besar, bangsa bermartabat, bangsa yang dihormati dan disegani negara lain, jika transisi kepemimpinan selalu penuh olak dan tidak ada rekonsiliasi nasional. Oleh karenanya, pada hari ini SBY menginisiasi sebuah acara yang elegan untuk menyambut Presiden Baru dan melepas Presiden lama. Ada haru terselip dalam kalbu. Tidak terasa, bukan hanya mata SBY yang berkaca-kaca, tapi mata saya juga berkaca-kaca. #‎TerimakasihSBY‬. #‎SelamatbekerjaJokowi‬.


Dari Status FB Muhammad Ridwan :

Capaian Pengurangan Kemiskinan di Era SBY


Angka kemiskinan di era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam kurun waktu 2004-2014 terus mengalami penurunan. Dari 16.7 persen di tahun 2004, angka kemiskinan bisa ditekan menjadi 11 % pada tahun 2014.  Berarti, ada penurunan kemiskinan sebesar, 5,7 Persen selama kurun waktu 10 tahun masa pemerintahan SBY.

Namun, Ratio Gini atau indeks kesenjangan antara si Kaya dan si Miskin memang sedikit meningkat. Menurut data BPS tahun 2005 Ratio Gini Indonesia sekitar 0,363 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 0,413. Data BPS bisa di Klik disini.

Angka kemiskinan memang selalu menjadi opini publik. Berhasil atau tidaknya suatu Pemerintahan oleh rakyat, salahsatunya di ukur dengan berhasil-tidaknya suatu rezim dalam menurunkan angka kemiskinan.  Kadang masih ada nada sumbang ketika angka-angka kemiskinan dirilis oleh pemerintah SBY. Khususnya Ekonom yang tidak sependapat dengan kriteris kemiskinan Pemerintah.

Seperti Ekonom Hendri Saparini menyatakan—mengutip Kompas, Edisi 2 Juli 2008—Menurut beliau, menggunakan beras sebagai barometer pengukur angka kemiskinan merupakan penyederhanaan persoalan. Walaupun ada program raskin (beras untuk keluarga miskin—Red) dan bantuan langsung tunai guna menutupi kebutuhan 2.000 kalori per hari untuk konsumsi, tapi hal tersebut belum memperhitungkan kualitas hidup masyarakat.

Presiden SBY dan Karya Monumental di Bidang Militer

Selama 10 tahun Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengalami perubahan besar. Mulai dari proses reformasi internal TNI, Peningkatan Kesejahteraan Prajurit dan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI yang bertambah secara signifikan. Khusus Alutsista, melalui program Minimum Essential Force (MEF) tahap 1, Presiden SBY telah menghasilkan karya besar dan monumental untuk memodernisasi TNI selama lima tahun terakhir.

Minggu, 5 Oktober 2014, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1435 H, TNI juga merayakan hari jadinya yang ke-69. Parade militer yang biasanya di gelar tanggal 5 Oktober 2014, ditunda untuk menghormati Hari Raya Idul Qurban Ummat Muslim Indonesia. Rencananya, pada selasa 7 Oktober 2014, bertempat di Kota Surabaya TNI akan memperingati hari jadinya yang TNI ke-69. Konon tahun ini merupakan parade terbesar kekuatan TNI sepanjang sejarah berdirinya TNI. 

Quo Vadis PNPM Mandiri dalam Implementasi UU Desa?


DPR-RI dan Pemerintah Pusat telah mensyahkan Undang-Undang (UU) Desa No.  6 tahun 2014 yang  akan memberikan Desa alokasi dana untuk pembangunan.  Berdasarkan UU Desa, pada 2015 atau 2016, setiap desa secara bertahap akan mulai menerima dana desa antara Rp. 700 juta – 1,3 Milyar. Dana desa disalurkan secara berkala dalam skala nasional.

Mengutip laman Setkab.go.id, UU Desa ini mengatur tentang mekanisme tata kelola penyelenggaraan pemerintahan desa termasuk didalamnya pembangunan Desa. Dari simulasi, sesuai pasal UU terkait sumber keuangan Desa, jumlah transfer dana tahunan untuk 73.440 Desa dapat mencapai Rp 104,6 Triliun. Angka tersebut lebih besar 10 kali lipat dari dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri selama tujuh tahun. Menurut data Kementerian dalam negeri tercatat dari 73.440 jumlah Desa di Indonesia,  sekitar   setengahnya merupakan dalam kategori Desa yang membutuhkan perhatian khusus, terutama pembangunan infrastruktur.

Tujuh tahun terakhir, pembangunan infrastruktur dasar permukiman desa dan kelurahan di bantu oleh pemerintah pusat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri).

4 Bulan Tanpa "Ngeblog"


Selama 4 bulan, saya tidak pernah update blog ini karena kesibukan kerja sebagai Konsultan PNPM Mandiri Perkotaan. Pasca Pileg dan Pilpres, semangat menulis saya memang agak kendor. Tapi, mulai akhir bulan September, saya coba update blog ini.

Isi dari blog akan saya kurangi porsi politiknya. Tulisannya akan beragam seperti pengalaman hidup sehari-hari yang akan saya tuangkan dalam blog ini.

Selamat membaca tulisan-tulisan saya selanjutnya. :)

Masril Koto Bantah Berita di Kompasiana.com

Masril Koto (Sumber: FB)
Senin malam (22/9), ketika saya sedang asyik online menjelajahi halaman Facebook (FB), tidak sengaja saya meng-klik berita kompasiana.com yang berjudul "Mempertanyakan Kebenaran Cerita Masril Koto" dengan penulis Faizah Fauzan. Berita tersebut ditautkan oleh salah satu relasi saya, Bapak Andry Thamrin, mantan staff Bank Dunia Jakarta.

Yang membuat saya tertarik membuka tautan berita Kompasiana.com, pertama, dalam statusnya, Pak Andry Thamrin menuliskan “Waduuuh.. yg mana yg bener nih??”, merujuk isi tulisan Faizah Fauzan yang meragukan kredibilitas saudara Masril Koto. Hal ini membuat saya penasaran untuk buka tautan tersebut. Kedua, kebetulan di Facebook saya berteman dengan saudara Masril Koto di akun https://www.facebook.com/masril.koto.padang. Selain itu saya sudah mengenal saudara Masril Koto dari pemberitaan di media, termasuk berita terbaru  di Detik.com dengan judul :
Masril Koto, Pria Tak Lulus SD yang Sukses Dirikan Bank Petani.

Pileg 2014 Berakhir 'Remis', Peta Politik Berubah


Capres 2014
Pemilihan legislatif (Pileg) 2014 yang di gelar hari Rabu, 09 April 2014, berjalan dengan sukses dan aman. Namun hasil akhirnya ‘remis’. Ibarat main catur, tidak ada pemenang dalam Pileg tahun ini, walaupun hasil akhir Pileg versi enam hitung cepat atau quick count telah menempatkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) meraih suara terbanyak. Namun tidak satupun Partai yang meraih 25 persen suara sah nasional sebagai syarat untuk mengajukan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres).

Hasil hitung cepat atau quick count yang dirilis enam lembaga survey telah menempatkan tiga partai politik di papan atas yakni PDI-P dengan raihan suara rata-rata 19,02 persen, Partai Golkar dengan raihan suara rata-rata 14,72 persen dan  Partai Gerindra dengan raihan suara rata-rata 11,89 persen. 

Hasil Akhir 'Quick Count' Pemilu 2014


Pemilihan legislatif (Pileg) 2014 telah di gelar pada Rabu, 09 April 2014, berjalan dengan aman dan suskes. Hasil akhir Pileg versi enam hitung cepat atau quick count telah menempatkan tiga partai berada di papan atas yakni PDI-P dengan raihan suara rata-rata 19,02 persen, Partai Golkar dengan raihan suara rata-rata 14,72 persen dan  Partai Gerindra dengan raihan suara rata-rata 11,89 persen.

Selanjutnya Partai yang berada di papan tengah adalah Partai Demokrat dengan raihan suara 9,78 persen, kemudian Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan raihan sekitar 9,21 persen dan Partai Amanat Nasional (PAN) dengan raihan sekitar 7,51 persen.

Kemudian di papan bawah bertengger Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan raihan rata-rata 6,75 persen, Partai Nasdem dengan 6,67 persen, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan raihan 6,62 persen dan terakhir Partai Hanura dengan raihan 5,28 persen suara.

Pilgub Lampung Jadi Barometer Nasional


Berbeda dengan daerah lainnya, Rabu, 09 April 2014, Provinsi Lampung menggelar Pemilihan Gubernur (Pilgub) bersamaan dengan Pemilu Legislatif (Pileg). Provinsi Lampung tercatat sebagai daerah pertama di Indonesia yang menjadi model pelaksanaan Pemilu legislatif yang bersamaan dengan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung periode 2014-2019.

Pilgub ini diikuti oleh empat calon pasangan gubernur dan wakil gubernur. Pasangan pertama,  Sekda Provinsi Lampung Berlian Tihang maju bersama Bupati Lampung Barat, Mukhlis Basri yang diusung oleh PDIP, PPP, dan PKB serta 5 parpol non parlemen.

Pasangan kedua Alzier Dianis Thabranie Ketua DPD I Partai Golkar Lampung maju bersama Lukman Hakim, Walikota Kota Metro. Kemudian Demokrat, PKS, PKPB, dan PDK mengusung Ketua DPD Partai Demokrat Lampung Ridho Ficardo dan Bupati Tulang Bawang Barat Bachtiar Basri.

Pasangan terakhir Walikota Bandar Lampung Herman HN maju bersama Zainudin Hasan seorang pengusaha yang juga adik Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan yang di usung PAN.

Suara Partai Islam Naik, Mampukah Wujudkan Koalisi Islam?


Berdasarkan hasil sementara Quick Count 6  Lembaga Survey yakni CSIS, SMRC, RRI, LSI, Litbang Kompas, dan MetroTV, perolehan suara partai-partai Islam naik siginifikan jika dibandingkan dengan hasil perolehan suara pada pemilu 2009.

Pada tahun 2009, perolehan suara partai-partai Islam hanya sebesar 25,94 persen dengan rincian : Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 7,88 persen, Partai Amanat Nasional (PAN) 6,01 persen, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 5,32 persen, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 4,94 persen, dan Partai Bulan Bintang (PBB) 1,79 persen.

Sedangkan gabungan suara partai Islam pada Pemilu kemarin berdasarkan hasil Quick Count 6 lembaga survei mencapai 31,59 persen.  Perolehan suara Partai Islam dapat dilihat pada tabel dibawah ini :