Dalam sebuah seminar di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, medio tahun 2001, Kepala Staf Territorial (Kaster) TNI saat itu, Letjend Agus Widjoyo, pernah memaparkan peran TNI dalam kepemimpinan nasional pasca 1998. Dalam presentasinya, Agus Widjoyo waktu itu menampilkan sebuah grafik, yang menggambarkan trend penurunan peran TNI dalam kepemimpinan nasional periode 1998-2003.
Memang, pasca 1998, peran TNI dalam kehidupan sosial politik dikurangi,
karena dihapuskannya Dwi Fungsi
ABRI/TNI, serta dorongan kuat dari
kekuatan sipil, agar TNI mereformasi diri.
Namun, dengan analisanya, Agus Widjoyo
meramalkan, tren penurunan tersebut hanya sementara. Diprediksi paling cepat 5 - 10 tahun,
kepemimpinan nasional akan kembali ke TNI. Prediksi Agus Widjoyo
ternyata benar, bahkan lebih cepat. Tahun 2004, melalui Pak SBY, TNI
kembali jadi pemimpin nasional.
Menurut saya,
analisa Agus Widjoyo sangat menarik, karena TNI sebagai organisasi yang
paling rapi dan besar, seperti punya program yang terencana baik, agar
putra terbaiknya selalu menjadi pemimpin nasional. Tidak ada yang salah
memang. Ada pepatah"old soldier never die". Artinya, ketika
sudah purnabakti dari TNI, seorang Purnawirawan statusnya jadi sipil dan
bisa tetap mengabdi kepada negara, dengan jadi pengusaha, politisi bahkan
jadi Presiden.
Dilihat dari sisi
pengkaderan calon pemimpin nasional, organisasi TNI memang yang terbaik.
Bahkan bisa mengalahkan partai politik, sehingga putra terbaik TNI
selalu berpeluang besar menjadi pemimpin nasional. Di
situs jejaring sosial Facebook, saya pernah menuliskan status dengan
topik : kenapa peluang purnawirawan TNI lebih besar menjadi Presiden?
Ada beberapa komentar dari teman-teman saya, diantaranya:
- Rakyat Indonesia sebagian besar masih ingin dipimpin oleh seorang Purnawirawan TNI, karena dianggap tegas dan berwibawa.
- Purnawirawan TNI lebih bisa menjaga kedaulatan NKRI.
- Ada stigma dimasyarakat, kalau Indonesia di Pimpin sipil, pasti kacau balau, tidak aman dan lain sebagainya.
- Saat ini, belum ada dari kandidiat sipil yang mengakar kuat dimasyarakat dan bisa mempersatukan bangsa Indonesia.
Bisakan Sipil Jadi Presiden Tahun 2014?
Namun,dilihat
dari survey terbaru yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang mengadakan survei
menyangkut Pilgub DKI dikaitkan dengan Pilpres 2014, kandidat sipil sangat mendominasi, walaupun untuk saat ini
Prabowo Subianto masih capres terkuat, sementara Dahlan Iskan masuk
sebagai kuda hitam menduduki posisi nomor 5.
“Warga Jakarta secara umum paling banyak memilih Prabowo Subianto (19,1 persen) dibandingkan tokoh-tokoh lain untuk menjadi presiden bila pemilu diadakan sekarang. Megawati menyusul dengan Aburizal Bakrie di bawahnya,” demikian kesimpulan survei SMRC, dikutip detikcom dari situs resmi Saifulmujani.com, Senin (24/9/2012).
“Warga Jakarta secara umum paling banyak memilih Prabowo Subianto (19,1 persen) dibandingkan tokoh-tokoh lain untuk menjadi presiden bila pemilu diadakan sekarang. Megawati menyusul dengan Aburizal Bakrie di bawahnya,” demikian kesimpulan survei SMRC, dikutip detikcom dari situs resmi Saifulmujani.com, Senin (24/9/2012).
Berikut hasil survei SMRC menyangkut Pilpres 2014 pada November 2012: Prabowo 19,1 persen; Megawati 10,1 persen; Aburizal Bakrie 10 persen; Jusuf Kalla 6,5 persen; Dahlan Iskan 5,6 persen; Hidayat Nurwahid 5,2 persen; Sultan Hb 4,9 persen; Hatta R 3,7 persen; Sutiyoso 3 persen; Wiranto 1,9 persen; Sri Mulyani 1,6 persen; Anas Urbaningrum 1,5 persen; Mahfud MD 1,4 persen; Djoko Suyanto 1,1 persen; Surya Paloh 1,1 persen
Survei
yang dilakukan SMRC, belum menilai dari sisi kapasitas seorang
Presiden. Hanya berdasarkan preferensi masyarakat yang dipengaruhi oleh
penilaian terhadap kinerja Presiden SBY dan koalisisnya yang dianggap
lemah, sehingga dukungan terhadap tokoh oposisi meningkat.
Pada
bulan November 2012, Lembaga Survei Indonesia (LSI) juga merilis hasil
survey tentang kualitas Capres. Namun berbeda dari survey SMRC, karena
sampelnya dari responden terpilih (opinion leader). Sebanyak 223
responden diminta menilai kualitas personal tokoh-tokoh nasional yang
pantas maju sebagai Capres pada Pemilu 2014. Hasilnya, ada lima figur
paling berkualitas, mereka adalah Mahfud MD (nilai 79); Jusuf Kalla
(77); Dahlan Iskan (76); Sri Mulyani Indrawati (72); dan Hidayat Nur
Wahid (71). Mereka dianggap bisa dipercaya, tidak pernah terlibat
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), tidak pernah melakukan tindakan
kriminal, mampu memimpin negara serta pemerintahan, dan berdiri di atas
semua kelompok.
Hasil
Survey LSI memang berbeda dari survey SMRC. Beberapa tokoh populer
justru dinilai memiliki kualitas personal lebih rendah, Megawati
Soekarnoputri (68), Hatta Rajasa (66), dan Ketua Dewan Pembina Partai
Gerindra Prabowo Subianto (61).
Hasil
survey kedua lembaga tersebut bisa saling melangkapi dan memberikan
referensi kepada masyarakat, siapa yang layak jadi Presiden di tahun
2014? Dari hasil tersebut, peluang sipil jadi Presiden masih 50%:50%,
walaupun dari beberapa survey, secara popularitas beberapa kandidat
sipil masih kalah dari purnawirawan TNI, seperti Prabowo Subianto.
Apabila kecendrungan pemilih kepada popularitas, Megawati dan Prabowo
mempunyai peluang besar, karena sudah memiliki infrastruktur Partai.
Tapi bila masyarakat lebih melihat dari kualitas Capres, Mahfud MD dan
Dahlan Iskan bisa jadi kuda hitam di tahun 2014.
Dikotomi
sipil-militer memang sudah tidak relevan lagi saat ini. Apapun
latarbelakangnya, yang penting bisa membawa Indonesia menjadi negara
maju, mampu menyelesaikan permasalahkan bangsa yang paling krusial
yakni, kemiskinan, korupsi dan penegakan hukum. Namun kalau boleh
memilih, berilah kesempatan kepada kandidat yang berlatarbelakang sipil jadi Presiden pada tahun 2014.
Khususnya wakil sipil yang tidak punya beban sejarah masa lalu.
Oleh: Muhammad Ridwan
Referensi tulisan :
[1] Kompas.com
[2] Vivanews.com
[3] Detik.com
[4] Saifulmujani.com
[3] Detik.com
[4] Saifulmujani.com
0 komentar