Slider

Kolom Muhammad Ridwan

PNPM Mandiri

Media Sosial

Review Film

Berita

Kuliner

» » » » » KTT ASEAN 2012: Adu Kuat (Pengaruh) China-AS

1353432252368326602















KTT ASEAN tahun 2012 yang dilaksanakan di Phnom Penh, Kamboja, berakhir antiklimaks. Pertemuan Pemimpin ASEAN dengan delapan negara mitranya tidak mencapai sebuah “konsensus bulat” tentang bagaimana cara menangani konflik di Laut China Selatan (LCS). 

Tidak adanya konsensus mengenai isu LCS, seperti menegaskan kembali hasil pertemuan Menteri Luar negeri negara-negara ASEAN pada tanggal 8 -13 Juli 2012 di Phnom Penh, Kamboja, yang menyepakati ditundanya pembahasancode of conduct” tentang status LCS. 

Konflik LCS disebabkan klaim beberapa negara di Asia Tenggara terhadap wilayah di perairan China Selatan, yang diyakini memiliki sumber daya alam dan mineral yang sangat kaya.
Menarik untuk dikaji, untuk pertama kalinya sepanjang sejarah ASEAN, gagal mencapai kata sepakat suatu “permasalahan” di Asia Tenggara. Gagalnya kesepakatan negara-negara ASEAN mengenai code of conduct” LCS, dianggap kemenangan diplomasi China di Asia Tenggara. China berhasil “memecah belah” suara ASEAN dan meretakan “keharmonisan” negara anggotanya. 


Kamboja sebagai Keketuan ASEAN tahun 2012, berperan penting dibalik gagalnya kesepakatan code of conduct” tentang LCS. Dilihat dari sejarah hubungan China – Kamboja, tidak kaget, hasil KTT ASEAN di Phnom Penh antiklimak. Di Asia Tenggara, Kamboja adalah sahabat tradisional China yang memang sudah lama menjadi sekutu dekatnya. 

Dengan diplomasi dan operasi intelijen, China berusaha melebarkan pengaruhnya di Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia. Sudah jadi rahasia umum, dibawah kepemimpinan SBY, hubungan Indonesia-China lebih mesra. Hal tersebut dibuktikan dengan Kunjungan SBY ke China baru-baru ini. 

Dalam kunjungan SBY ke China, disepakati kerjasama bilateral dibidang ekonomi, pendidikan dan bidang pertahanan. Khusus dibidang pertahanan, China dan Indonesia sepakat meningkatkan kerjasama Pasukan Khusus, kerjasama alih teknologi Rudal China, dan penjualan alutsista lainnya. 

Melihat hubungan Indonesia – China semakin mesra dibidang pertahanan, tentu saja dianggap sebagai “ancaman” bagi Amerika Serikat dan sekutunya di Asia Pasifik. Langkah cepat-pun di ambil Paman Sam untuk mengamankan Indonesia supaya tidak jatuh kedalam pelukan China.

Dalam kunjungan Obama ke Indonesia, Amerika Serikat (AS) menawarkan hibah 2 skuadron Pesawat Tempur F-16, penjualan helikopter Apache, upgrade pesawat hercules, dilanjutkannya kerjasama dengan Kopassus, dan mengajak Indonesia mengikuti latihan gabungan angkatan udara di Darwin, Australia. Kemudian, belum lama berselang, dalam kunjungan SBY ke Australia dan Inggris, disepakati hibah 4 Hercules dari Australia dan disetujuinya pembelian berbagai alutsista dari Inggris.

Indonesia dan Negara-negara ASEAN saat ini, seolah ada dibawah pengaruh dua negara adidaya, China – AS. Dalam pembahasan LCS di KTT ASEAN, negara-negara Asia Tenggara seperti diajak untuk memilih dua jalan yang saling merenggangkan. Hal ini terlihat dari sikap Kamboja, yang tidak menyetujui menginternasionalisasi penyelesaian konflik LCS. 

Namun, pernyataan Kamboja itu dibantah Filipina. Presiden Filipina Benigno Aquino menyatakan tidak setuju dengan sikap Kamboja. Opsi penyelesaian LCS yang lain oleh masing-masing negara berdaulat, jangan sampai dilarang hanya karena ada cara ASEAN. “Cara ASEAN bukan satu-satunya,” kata Aquino, seperti dilansir Kompas.com (20/11/2012). 

Opsi tidak menginternasionalisasi masalah LCS tentu didukung oleh China, dan Opsi penyelesaian secara multinasional dengan melibatkan negara di luar ASEAN – didukung AS. RRC, seperti disampaikan PM Wen Jiabao, pada pertemuan dengan ASEAN, menyatakan mendukung prakarsa ASEAN yang sudah digariskan sejak 10 tahun lalu, yang menitikberatkan pada keterlibatan negara-negara terkait saja. Sementara Amerika Serikat, seperti dikatakan Presiden Barack Obama dalam pertemuan yang sama, akan mendukung pendekatan hukum apa pun dalam konteks yang transparan.

Bila adu kuat pengaruh antara China-AS di ASEAN terus berlangsung, ketegangan militer di LCS akan meningkat. Hal tersebut, kontra produktif dengan cita-cita mewujudkan kawasan yang stabil di Asia Tenggara melalui wadah ASEAN Community – pada tahun 2015.

Sebenarnya, Indonesia, sebagai negara yang tidak terlibat langsung konflik LCS, diharapkan menjadi penengah dan pemberi solusi dari berbagai kepentingan, termasuk kepentingan RRC dan Amerika Serikat di LCS.
Dalam KTT ASEAN tahun 2012, tim Indonesia telah mengajukan proposal supaya mereka yang terlibat dan negara ketiga (RRC dan Amerika Serikat) sama-sama mendorong terjaganya code of conduct di wilayah LCS.

“Sehingga wilayah ini tetap terkelola dalam keadaan damai dan kalaupun ada konflik di sana-sini bisa diselesaikan dengan kerangka dialog,” kata Marty, seperti dilansir Kompas.com (20/11/2012).

Indonesia punya nilai strategis untuk menyeimbangkan dua kekuatan antara China – AS. Hal ini dimungkinkan karena Indonesia menganut politik luar negeri yang bebas aktif. Dari sudut geografis, posisi indonesia sangat strategis, karena bisa menjadi daerah buffer (penyangga) masing-masing pihak. Kekayaan Indonesia yang melimpah, memiliki daya tawar bagi hubungan yang sejajar dengan kedua negara. Dari sisi kekuatan ekonomi Indonesia adalah yang terkuat di ASEAN dan Pasar Indonesia potensial untuk produk – produk dari China dan AS. 

Sumber : www.kompasiana.com/ridwan78

Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?